MATERI UAS 1 / 2012/2013
Materi UAS 1 : X .
Pengetahuan Geografi ,Jagad Raya ,Sejarah Bumi dan Lithosfer ( Tektonisme , Vulkanisme ,Seisme )
Kelas XII IPS : Peta dan Pemetaan ,Indrraja,SIG,Industri ,negara Maju dan berkembang
Jumlah Soal : Obyektif 50 dan Esey 5 ,Pelajari dengan baik ,persiapkan dengan Sungguh sungguh>
Jumlah Soal : Obyektif 50 dan Esey 5 ,Pelajari dengan baik ,persiapkan dengan Sungguh sungguh>
KEANEKAAN BENTUK MUKA BUMI
Fenomena Lithosfer dan lempeng Tektonik
Gerakan Lempeng LITHOSFER
Bumi kita terdiri atas lempeng diantaranya lempeng Afrika,Indoaustralia,Eurasia,Pasifik,Amerika Utara,Amerika Selatan dan Antarika,yang kesemuanya pernah / masih mengalami gerakan baik yang bersifat Divergen :saling menjauh yang akan menghasilkan gunung api dasar samodera dan tanggul samodera ,serta Konvergen :saling mendekat yang dapat menyebabkan Subduksi atau tumbukan,Hasil ini akan menghasilkan bentuk gunung api,dan barisan pegunungan api atau sirkum ( sebagai contoh Sirkum Mediterian :yang melintasi jalur :Peg.Alpen eropa,Peg.Himalaya,asia asia tenggara Indonesia (P.Sumatera ,P.Jawa.,NTT ) yang merupakan tumbukan lempeng Eurasia dengan lempeng Indoaustralia.Sirkum Pasifik :melintasi Peg.Andes (Am.sel) Peg.Rocky (Am Utara dan Alaska,Kep.jepang Philipina Indonesia ( P.Sulawesi ,L.Banda )
Sirkum Australiatik : melintasi New Zelan,Timur Australia dan Irianjaya Kep,burung ke L.Banda )
Juga adanya gerakan sesar : saling bergeser secara horizontal ,dan juga secara fertikal naik dan turun.
Gerak lapisan tanah ini bisa bersifat Epirogenesa : Lambat dan luas sehingga menyebabkan terjadinya pemunculan benua ( epiro Positif : Daratan naik seolah Lautan turun )dan penenggelaman benua (epiro positif :seolah daratan naik laut turun).juga adanya bukti adanya pantai yang bertingkat,gua pantai yang ada di atas,peg kapur didarat yang muncul.
Juga ada gerak Orogenesa : gerak cepat sepit,misalnya pegunungan,patahan,lipatan
Patahan :patahnya lapisan bumi : bagian Atas :Horst dan bagian bawah Slenk (graben ) juga adanya lipatan :kulit bumi yang terlipat membentuk Lipatan puncak ( Antiklinal ) dn lembah Lipatan ( sinklinal ),yang kadang juga ditemukan adanya lembah lipatan yang sangat besar ( Geosinklin yang banyak ditemukan Sumber Minyak bumi ),lipatan ini akan membentuk Sinklinorium (sirkum pegunungan).inilah yang akan menjadi dasar terbentuknya relief dipermukaan bumi sehingga kita mengenal Geomorfologi bentukan yang berfariasi seperti Dataran pegunungan,lembah,gunung api danau, yang sebagai hasil dari tenaga Endogen ( dalam bumi).Lapisan bumi kita terdiri atas lapisan :
1.Litosfer : yaitu kerak bumi paling atas yang disebut lap.Sial yang merupakan lempeng tektonik yang terdiri atas batuan beku,sediment,dan metamorf. Dilapisan inilah mahluk hidup hidup dengan segala aktifitasnya. termasuk manusia..Dibawahnya lagi terdapat lapisan SiMa ;lapisan ini berupa lempeng tektonik yang berada dilapisan Astenosfer .
Lapisan selanjutnya adalah Astenosfer yang merupakan lapisan Mantel atau selubung Perantara antar lapisan inti dengan litosfer,lapissan ini beripa silicon Oksigen dan Nikel yang pijar dan cair,dengan suhu yang tinggi dan ketebalan yang mencapai ribuan Km.kemudian dibawahnya adlah lapisan Inti luar yang terdiri atas Besi dan Nekel yang pijar dan mempunyai medan Magnet yang tinggi.dan lapisan bawahnya adalah lapisan Inti bumi ( Core) terdiri atas NiFe yang padat.
Ilmu Yang mempelajari aspek Litosfer adalah : seperti Geomorfologi :bentuk permukaan bumi ,Geologi :lapisan kulit bumi:Pedologi :Jenis tanah kandunganya ,Vulkanologi :Gunung api,seismologi :gempa bumi:
Pada lapisan lithosfer yang pijar banyak terdapat magma ;magma ini masih mengadakan gerakan penyusupan Intrusi baik yang sampai kepermukaan bumi (Ektrusi )maupun yang tidak sampai (intrusi ) jika sampai kepermukaan bumi maka akan muncul bentukan hasil Vulkanisme yang dikenal dengan gunung berapi,
Tetapi juga ada magma yang menyusup tidak sampai kepermukaan dan membeku didalam yang akan menghasilkan bentukan seperti Sill: mebeku sejajar lapisan batuan,Dike :memotong,Lakolit :terjadi pengangkatan atasnya,dan juga Batholit atau dapur magma.
TIPE LETUSAN GUNUNG API
Kalau kita amati Gung api yang ada dipermukaan bumi jika meletus akan memberikan karakteristik nya hal ini disebabkan oleh adanya :Kedalaman dapur magma,derajat kekentalan magma,dan juga tekanan gas yang berbeda-beda pada kondisi tiap gung. Sehingga jika terjadi erupsi akan menghasilkan tipe letusan yangmenghasilkan tipe letusan yang berbeda pula: seperti tipe Merapi :jika meletus akan mengeluaarkan awan panas karena diatasnya terdapat sumbat lava,sehingga harus mencairkan sumbat itu yang kadang terjadi gguran lava pijar.juga tipe Hawai ( Maona Loa )jika meletus hanya berupa cairan tanpa adanya marerial padat sehingga dikenal dengan bentuk perisai,sedang tipe Pele; jika meletus mengeluarkan gas yang banyak dengan kecepatan tinngi,juga tipe stromboli : berirama setiap 15 menit mengeluarkan material padat dan semburan,dan yang dasyat adalah tipe Pereet :seperti krakatau,jika meletus akan membentuk tiang gas yang dapat membongkar badan gunung.
MAKET BENTUK GUNUNG API
Gempa ini dipelajari oleh ilmu yaitu :
ISTILAH DALAM SEISME
Seismologi dan badan yang mengkajinya adalah BMG,BMG akan mencata kekuatan gempa dengan Seismografnya ,dan mengetahui dengan gambaran gelombang gempa (seismogramnya ,yang kemudian dilaporkan berapa kekuatan gempa dengan skala ricter serta dilaporkan pula pusat gempanya (hiposentrum ) dan juga daera yang dekat dengan pusat gempa Episentrunnya, dan laporan daerah yang mengalami kerusakan terhebat (plestoseista ) serta daerah yang mempunyai waktu gempa yang sama ( Homoseista).dengan selisih getaran gempa antar Sekunder dan primer maka dapat diketahui berapa jarak pusat gempa itu .dengan
teori : HK.LASKA
P = ( S-P)-1 mt x 1000 Km
P = Pusat Gempa
S = GElombang Sekunder
P = Gelombang Primer
TENAGA EKSOGEN
Adanya tenaga Endogen yang membangun struktur relief itu kemudian dipermukaan bumi mengalami proses seperti Erosi ,Sedimentasi,Wheathering dan juga pengelupasan. Dengan tenaganya berupa air,angin,gletser
Tenaga inilah yang dikenal dengan tenaga Eksogen dari luar yang bersifat merusa dan membentuk relief dengan
Segala prosesnya yang dapat kita temukan dalam kehidupan sehari hari sebagai bentukan hasil itu,seperti sungai,lembah ,meander, tanah loos ,clif ,delta,tombolo dll.
Proses pada tenaga Eksogen :
1.Pelapukan : yaitu proses lapuknya batuan yang disebabkan oleh fisik seperti perbedaan suhu,juga pelapukan Kimiawi yang disebabkan unsure kimiawi seperi pada gejala Kars ( kapur banyak ditemukan seperti :stalaktid ( atas ) Stalagmid (bawah ) Dolina (danau),Cave Karst ( Gua Kapur ) ,sungai bawah tanah dll.
Dan juga pelapukan organic yang disebabkan oleh mahluk hidup seperrti binatang dan jamur serta vegetasi.
2. Erosi : pengikisan yang disebabkan oleh factor seperti Air sungai ( yang menyebabkan adanya lembah
sungai,meander dan juga Grand Canyon .sedang erosi oleh Ombak ( Abrasi ) dengan hasil bentukan seperti
Clif :pantai terjal,Sea Cave gua pantai, yang banyak terdapat dipantai seperti parangtritis ,Pedalen
,karangbolong dll.
3,Erosi Angin (Korasi ,Ablasi ) yang banyak terjadi pada kawasan gurun ,seperti batu jamur ,tanah loos
4.Erosi Gletser : terjadi dikawasan bersalju dan membentuk Fyord Pantai berkelok dan terjal.
3.Sedimentasi ( Pengendapan ) Material yang lapuk ,tererosi akan terbawa dan diendapkan sehingga menjadi
batuan (sediment) hal ini akan membentuk diendpkan didarat ( Teristri ) disungai (Fluvial ,di rawa ( Limnis
) dan dilaut Marine.karena tempa yang berbeda menyebabkan bentukan yang da seperti : Delta,Tombolo,bar,
spit Pengendapan terjadi karena factor : Angin (Aeolis = sand dune,gumuk pasir ),Air ( Aquatis = delta ,gong
pasir,bar, ) , dan pengendapan oleh Gletzer : (glacial )’
LITHOSFERA
Lithosfera berasal dari kata lithos yang berarti batuan, dan kata sphera yang berarti lapisan. Jadi lithosfera berarti lapisan bumi yang paling luar. Lapisan bumi yang paling luar ini tebalnya 1200 km.
Lapisan kulit bumi tidak rata, kulit bumi bagian benua dan daratan lebih tebal daripada lapisan yang ada di bawah samudra.
Sebetulnya bumi dibagi menjadi beberapa lapisan, antara lain ;
1. Barisfera.
Merupakan lapisan inti bumi yang tersusun oleh lapisan nife(niccolum/nikel dan lapisan ferrum/besi). Jari-jari lapisan ini panjangnya 5.470 km.
2. Lapisan pengantara/ashtenosfer/mantle.
Yaitu lapisan yang terdapat di atas lapisan nife dengan ketebalan 1.7007 km. Berat jenis lapisan ini rata-rata 5, berupa benda cair yang sangat panas dan berpijar.
3. Lithosfer.
Lapisan yang terletak paling atas. Letaknya diatas lapisan pengantara dengan tebal 1.200 km. Lapisan ini terbagi menjadi 2 lapisan, yaitu :
a. Lapisan sial
Lapisan kulit bumi yang tersusun atas logam sislisium dan almunium. Lapisan sima merupakan batuan yang bersifat elastis dan mempunyai ketebalan 35 km
b. Lapisan sima.
Lapisan kulit bumi yang tersusun oleh lapisan silisium dan magnesium. Lapisan sima merupakan batuan yang bersifat elastis dan mempunyai ketebalan 65 km.
BATUAN PEMBENTUK LITHOSFER
Batuan yang meyebabkan terbentuknya lithosfer dapat dibagi menjadi 3 macam yaitu :
1. Batuan beku.
2. Batuan sedimen.
3. Batuan metamorf.
1) BATUAN BEKU
Terbentuk karena magma pijar yang mendingin kemudian menjadi padat. Berdasarkan tempat pendinginannya, batuan beku dapat dibagi manjadi 3 macam, yaitu :
a. Batuan tubir/batuan beku dalam.
Terbentu jauh di dalam lapisan kulit bumi, karena dinginnya lambat maka kristalnya besar-besar. Contohnya : batu granit.
b. Batuan korok/batuan beku gang.
Terbentuk dalam korok/gang diatrema. Karena terbentuknya dekat permukaan bumi, maka pendinginannya jadi lebih cepat daripada batuan tubir. Kristal batuan ini bervariasi, bahkan ada yang tidak berkristal sama sekali. Misalnya : batu granit kosfir.
c. Batuan beku luar.
Batuan ini membeku di luar kulit bumi, sehingga dinginnya cepat sekali, menjadikan bentukan kristalnya sangat kecil. Misalnya : liparit dan batu apung.
2) BATUAN SEDIMEN.
Berasal dari batuan beku yang lapuk, beberapa bagian menjadi lepas dan diangkut menggunakan beberapa media (misalnya air, es dan angin). Batuan yang semula lunak tapi lama kelamaan menjadi keras karena proses sedientasi dan pembatuan. Batuan semacam itu dinamakan batuan sedimen.
Batuan beku jenisnya bermacam-macam.
1. Dilihat dari perantaranya/mediumnya, batuan sedimen dibagi menjadi 3, yaitu :
a. Batuan sedimen aris / areolis, dinagkut oleh angin. Misalnya : tanah loss, tuff dan pasir gurun.
b. Batuan sedimen glasial, diangkut oleh es. Misalnya : moraina.
c. Batuan sedimen aquatis, diagkut oleh air. Misalnya reksi dan kongklomerat.
2. Dilihat dari tempat pengendapannya, batuan sedimen dapat dibagi menjadi 3, yaitu :
a. Batuan sedimen lakustre, batuan sedimen yang diendapkan di danau.
b. Batuan sedimen kontinental, batuan sedimen yang diendapkan di daratan
c. Batuan sedimen marine, batuan sedimen yang diendapkan di laut.
3) BATUAN METAMORF.
Batuan ini mengalami perubahan yang sangat dahsyat, disebabkan oleh beberapa pengaruh, antara lain :
1. Suhu yang tinggi.
Jika batuan ini terletak di dekat dapur magma, metamorfosanya disebut metamorfosa kontak. Misalnya marmer yang berasal dari batu kapur, antrasit yang berasal dari batu bara.
2. Tekanan tinggi
Disebabkan sangat tebalnya lapisan yang berada di atas batuan tersebut , sehingga batuan tersebut harus menyangga beban yang sangat berat. Misalnya : batu pasir dan pasir yang memadat.
3. Tekanan dan suhu yang sangat tinggi .
Terjadi kalau ada pelipatan dan pergeseran saat terjadi pembentukan pegunungan, metamorfosa ini disebut metamorfosa dinamo. Misalnya : batu asbak, schist, dan shale.
BENTUK MUKA BUMI.
Bentuk muka bumi ternyata tidak selalu datar, kadang berupa pegunungan, lembah, dataran dan sebagainya. Adanya berbagai bentukan yang ada di permukaan bumi tersebut dikarenakan adanya berbagai tenaga yang membentuk kenampakan tersebut.
A. FAKTOR PEMBENTUK MUKA BUMI.
Tenaga yang membentuk permukaan bumi antara lain :
1. Tenaga endogen,yaitu tenaga yang berasal dari dalam bumi yang bersifat membangun.
Tenaga endogen dapat dibagi menjadi :
a. Vulkanisme, yaitu peristiwa keluarnya magma dari dapur magma ke permukaan bumi.
b. Seisme, yaitu peristiwa bergetarnya kulit bumi karena adanya gerakan yang berasal dari dalam bumi.
c. Tektogenetik, yaitu perubahan tata letak kedudukan lapisan kulit bumi baik secara horizontal maupun vertikal.
Berdasarkan kecepatan gerak dan luas daerahnya, tektogenetik dibagi menjadi :
1) Gerak epirogenetik (gerak pembentukan kontinen atau benua), yaitu gerakan yang megakibatkan naik turunnya lapisan kulit bumi yang relatif lambat dan meliputi daerah yang luas.
Gerak epirogenetik dibagi menjadi 2, yaitu :
a) Epirogenetik positif, yaitu gerakan turunnya daratan sehingga kelihatannya permukaan laut yang naik.
b) Epirogenetik negatif, yaitu gerak naiknya daratan sehingga kelihatannya permukaan laut yang turun.
2) Gerak orogenetik (gerak pembentuk pegunungan), yaitu gerak atau pergeseran lapisan kulit bumi yang berlangsung relatif lebih cepat daripada epirogenesa serta meliputi daerah yang sempit. Gerakan ini dapat mengakibatkan peristiwa dislokasi (perpidahan batuan) yang berupa :
a) Lipatan(folds), yaitu suatu kenampakan lapisan kulit bumi yg disebabkan oleh tekanan dengan arah vertikal pada lapisan kulit bumi yang bersifat plastis. Bagian lipatan yang merupakan puncak lipatan disebut antiklinal, dan bagian yang rendah dinamakan sinklinal
Beberapa contoh bentuk lipatan antara lain :
• Lipatan tegak.
• Lipatan miring.
• Lipatan rebah.
• Lipatan menutup, dll.
b) Patahan (faults), yaitu lapisan kulit bumi yang patah atau retak karena adanya pengaruh tenaga yang arahnya horizontal maupun vertikal pada lapisan kulit bumi yang tidak plastis. Contoh patahan misalnya :
• Horst/tanah naik, yaitu lapisan tanah yang letaknya lebih tinggi dari daerah sekelilingnya.
• Graben/slenk, yaitu apisan tanah yang letaknya lebih rendah daripada daerah sekelilingnya.
2. Tenaga eksogen, yaitu tenaga yang berasal dari luar permukaan kulit bumi dan ersifat merusak.
Tenaga eksogen terdiri dari :
a. Erosi, yaitu peristiwa terkikisnya dan trangkutnya material-material di permukaan bumi oleh tenaga yang bersal dari luar lapisan kulit bumi, misalnya : air, gletser, angin, dll.
b. Denudasi, yaitu proses perendahan permukaan bumi akibat adanya proses erosi.
c. Sedimentasi, yaitu proses pegendapan hasil erosi karena daya angkutnya berkurang atau beben yang diangkut bertambah.
B. BERBAGAI BENTUK MUKA BUMI DI DARATAN DAN DI LAUTAN.
1. BENTUK MUKA BUMI DI DI DARATAN.
Bentuk muka bumi yang sering kita temui antara lain :
a. Daratan rendah, yaitu daerah yang relatif luas dan datar sampai ketinggian 200 meter dari permukaan laut.
b. Dataran tinggi, yaitu daerah yang relatif luas dan datar pada tempat-tempat yang sebagai hasil erosi dan sedimentasi.
c. Gunung, yaitu permukaan bumi yang berwujud kerucut.kubah yang berdiri sendiri atau bersambungan tetapi terpisah. Ketinggian gunung ini lebih dari 300 meter dari permukaan laut.
d. Pegunungan, yaitu deretan dari gunung-gunung dengan ketinggian yang berbeda-beda dan kadang-kadang ada gunung apinya.
e. Lembah, yaitu bagian permukaan bumi yang rendah yang terdapat diantara dua gunung/pegunungan.
f. Lereng, yaitu suatu daerah di permukaan bumi yang letaknya miring. Berdasarkan kemiringannya, lereng dibagi menjadi :
1) Kemiringan 5 0 disebut landai.
2) Kemiringan 45 0 disebut curam.
3) Kemiringan 90 0 disebut tegak.
2. BENTUK MUKA BUMI DI LAUTAN.
Banyak hal yang bisa dijadikan dasar untuk mengolongkan bentuk muka bumi di dasar laut, antara lain :
a. Berdasarkan bentuk permukaan dasar laut.
1) Dangkalan.shelf/plat, yaitu dasar samudra yang dangkal sepanjang pantai yang kedalamannya kurang dari 200 m.
2) Palung laut/trog, yaitu dasar laut yang sangat dalam dan entuknya memanjang sempit dan tebingnya curam.
3) Lubuk laut/basin, yaitu dasar laut yang berbetuk cekungan bulat dan dalam.
4) Gunung laut, yaitu gunung yang muncul dari dasar laut dan puncaknya bisa terletak di permukaan laut maupun dibawah permukaan laut.
5) Punggung laut, yaitu pegunungan yang terletak di dasar laut.
6) Ambang laut/drempel, yaitu laut dangkal yang terletak diantara dua laut dalam.
b. Bentuk dasar laut berdasarkan kedalamannya.
1) Kontinental shelf, yaitu dasar laut dangkal yang berbatasan dengan benua dengan kedalaman 0 – 200 m.
2) Continantal slope, yaitu dasar laut yang terletak di pinggir landas benua dengan sudut kemiringan 5 0 dan kedalaman 200 – 2000 m.
3) Deep sea plain, yaitu dasar laut dengan kedalaman antara 2.000 – 3.000 m.
4) The deeps, yaitu relief dasar laut yang kedalamannya lebih dari 6.000 meter dengan ciri terdapatnya palung laut.
C. BERBAGAI BENTUKAN MUKA BUMI YANG BERKAITAN DENGAN VULKANISME.
Pengertian vulkanisme :
Dalam arti luas, vulkanisme dapat diartikan sebagai peristiwa yang berhubungan dengan proses keluarnya magma ke permukaan bumi.
Magma adalah campuran batu-batuan dalam keadaa cair, liat serta sangat panas.
Gejala-gejala vulkanisme meliputi :
1. intrusi magma, yaitu proses meerobosnya magma ke dl lapisan lithosfer/kulit bumi tapi tidak mampu/ sampai ke permukaan bumi.
Bentuk-bentuk intrusi magma, antara lain :
a. Batholith, yaitu bentuk intrusi diskordan yang tidak mempunyai dasar.
b. Lakollith, magma yang menyusup pada lapisan batuan kemudian menekan ke atas dan membeku, bentuknya cembung di atas dan datar di bawah.
c. Siil, yaitu magma yang menyusup di antara dua lapisan batuan kemudian membeku, bentuknya sejajar dengan lapisan batuan itu.
d. Gang/dike, yaitu magma yang menyusup pada lapisan batuan kemudian membeku, bentuknya melintang dengan lapisan batuan.
e. Aposifa, yaitu magma yang menerobos lapisan batuan kemudian membeku, betuknya lebih kecil dari dike.
f. Diatrema , yaitu jalur yang menghubungkan batholith dengan kawah.
2. Ekstrusi/erupsi, yaitu gerakan magma yang mampu mencapai permukaan bumi dalam bentuk letusan/ erupsi dan terbentuknya gunung api/volkano.
Ekstrusi magma sering disebut erupsi.
Macam-macam erupsi :
a. Berdasarkan bentuk lubang tempat erupsi :
1) Erupsi linear, yaitu keluarnya magma melalui rekahan memanjang di permukaan bumi. Misalnya deretan gunung pada slenk semangko di Sumatra.
2) Erupsi sentral, yaitu keluarnya magma melalui satu lobang pada permukaan bumi. Misalnya : bentukan gunung-gunung api di Jawa Timur.
Erupsi sentral menghasilkan tiga macam bentukan gunung api. Ketiga bentukan ini karena proses keluarnya magma berbeda, baik kekuatannya maupun kekentalannya.
Bentuk-bentuk gunung api tersebut, ialah :
a) Gunung api strato, yaitu gunung api yang terjadi karena erupsi yang sangat kuat berseling dengan erupsi yang lemah dan berlangsung secara periodik.
b) Gunung api maar, yaitu gunung api yang terjadi karena erupsi yang sangat kuat namun erupsi itu hanya berlangsung satu kali saja.
c) Gunung api perisai, yaitu gunung api yang berbentuk perisai karena magma yang dikeluarkan sangat cair sehingga hanya meleleh di puncak.
3) Erupsi areal, yaitu keluarnya magma pada suatu arela tertentu yang cukup luas karena dapur magma sangat dekat dengan permukaan bumi.
b. Berdasarkan sifat letusannya, dibagi menjadi :
a. Erupsi eksplosif, yaitu erupsi yang terjadi karena tekanan magmatik yang sangat kuat sehingga menyemburkan material vulkanik padat dan cair, misalnya : gunung Versuvius, gunung Etna di Italia.
b. Erupsi effusif, yaitu keluarnya magma yang tekanannya lemah dan menghasilkan aliran lava dari kepundan gunung, misalnya gunung MaonaLoa dan Kilauea di Kep. Hawaii.
c. Erupsi campuran, yaitu erupsi campuran antara eksplosif dan effusif yang berlangsung bergantian, misalnya gunung Merapi di Jawa Tengah.
GEJALA ERUPSI VULKAN/TANDA-TANDA GUNUNG API AKAN MELETUS.
Menjelang terjadinya suatu letusan/erupsi vulkan, biasanya gunung api/volkano selalu memperlihatkan gejala-gejala sebagai berikut :
1. suhu air dan udara di sekitar kawah gunung eningkat.
2. Sumber-sumber air tiba-tiba menjadi kering.
3. Terjadi getaran-getaran gempa vulkanik.
4. Sering terdengar suara gemuruh dari dalam kawah.
5. Hewan-hewan yang hidup di sekitar lereng banyak yang turun ke bawah atau ke tempat yang lebih rendah.
6. Pohon-pohon yang tumbuh di sekitar kawah banyak yang layu kemudian mati.
BAHAN-BAHAN YANG DIKELUARKAN KETIKA GUNUNG API MELETUS
Ketika gunung api meletus, banyak bahan yang dikeluarkan dan bermacam-macam, yaitu :
1. Bahan padat/efflata
a. Berdasarkan asalnya, dibedakan menjadi :
1) Efflata autogen, berasal dari batua magma yang terlempar keluar.
2) Efflata alogen, berasal dari dinding pipa kepundan yang ikut terlempar ketika terjadi letusan (pyroklastika)
b. Berdasarkan ukurannya, dibedakan atas :
1) Bom, efflata yang sangat besar sehingga dapata menghancurkan rumah.
2) Lapilli, efflata yang sangat ukurannya lebih kecil, ukurannya sebesar kerikil.
3) Abu vulkanik, efflata yang sangat halus dan dapat diterbangkan ke tempat yang sangat jauh oleh angin.
2. Bahan cair, yang terdiri dari :
a. Lava, yaitu aliran magma yang yang berhasil mencapai permukaan bumi.
b. Lahar panas, yaitu lumpur panas yang merupakan campuran antara lava dengan air yang berasal dari danau kawah.
c. Lahar dingin, yaitu lava dingin yang berada di puncak gunung kemudian turun ke arah lereng disebabkan adanya hujan yang lebat di puncak gunung.
3. Bahan gas/ekshalasi,, yaitu berupa :
a. Gas belerang (H2S)
b. Uap air (H2O)
GEJALA POST VULKANIK
Gejala post vulkanik merupakan gejala/ kenampakan yang menandakan bahwa di daerah tersebut pernah terjadi kegiatan vulkanisme/kegiatan yang berhubungan dengan gunung api.
Gejala post vulkanik yang dapat kita amati , antara lain :
1. Sumber yang berupa gas/ekshalasi.
a. Solfatar, yaitu sumber gas yang berupa gas belerang, misalnya yang terdapat di gunung welirang, gunung Arjuno, gunung Anjasmoro di Jawa Timur.
b. Fumarol, sumber gas yang mengeluarkan uap air. Terdapat di Kamojang (Jawa Barat), Dieng (Jawa Tengah) dan Sulawesi Utara. Fumarol sering dimanfaatkan sebagai PLTPB (Pembangkit Listrik Tenaga Panas Bumi).
c. Mofet, merupakan sumber gas yang mengeluarkan gas asam arang (CO2) yang sangat beracun. Gas ini mempunyai berat jenis lebih dibandingkan dengan gas lain. Mofet terdapat di kawah Timbang, kawah Sinila, Tangkuban Perahu, gunung Ciremai dan gunung Ijen.
2. Sumber air panas, yaitu sumber air yang mengeluarkan air yang cukup panas, hal ini disebabkan karena adanya lapisan aquifer (lapisan air tanah) yang sangat dekat dengan dapur magma.
3. Sumber air mineral, yaitu sumber air panas yang mengandung mineral tertentu yang dapat dimanfaatkan untuk menyembuhkan beberapa penyakit, misalnya yang terdapat di Ciater Jawa Barat.
4. Geyser, yaitu sumber air panas yang keluar memancar secara periodik. Geyser yang terkenal terdapat di Yellowstone National Park di pegunungan Rocky Amerika Serikat.
MANFAAT VULKANISME
Vulkanisme ternyata banyak manfatnya bagi manusia, yaitu :
1. Abu vulkanis yang dihasilkan dapat menyuburkan tanah.
2. Hancuran dari bahan vulkanis banyak mengandung unsur hara.
3. Lokasi gunung api dan bekas gunung api dapat dimanfaatkan sebagai daerah tujuan wisata.
4. Menghasilkan bahan galian industri / bahan bangunan.
5. Topografi gunung api yang tinggi dapat meghasilkan hujan orografis (hujan yang terjadi karena awan terhalang oleh pegunungan)
KERUGIAN GUNUNG API
Selain bermanfaat, gunung api juga dapat mendatangkan masalah, antara lain :
1. Letusan gunung api dapat merusak lahan pertanian dan lahan non pertanian.
2. Hujan abu dapat menutup tanaman dan mengganggu kesehatan.
3. Lahar panas dapat merusak semua yang dilaluinya.
4. Awan panas dapat membahayakan jiwa dan merusak kehidupan.
5. Lahar dingin dapat membuat sungai menjadi dangkal.
6. Gas beracun yang dikeluarkan dapat mematikan mahluk hidup.
D. GEMPA BUMI
Gempa bumi adalah getaran-getaran kulit bumi yang disebabkan oleh kekuatan-kekuatan yang berasal dari dalam bumi. Gempa bumi bermacam-macam, diantaranya :
1. Dilihat dari intensitasnya, dapat dibagi menjadi :
a. Makroseisme, gempa bumi yang intensitasnya sangat besar sehingga dapat diketahui tanpa menggunakan alat.
b. Mikroseisme, gempa bumi yang intensitasnya sangat kecil, sehingga hanya dapat diketahui dengan menggunakan alat.
2. Dilihat dari penyebabnya, dapat dibagi menjadi :
a. Gempa guguran/runtuhan, terjadi karena runtuhan tanah di daerah pertambangan atau goa kapur.
b. Gempa vulkanik, terjadi karena aktifitas vulkanisme/gunung api meletus.
c. Gempa tektonik, terjadi karena gerakan tektonik/kulit bumi atau karena gerak orogenetik, gempa ini mengakibatkan perpindahan tanah/dislokasi dan biasanya berkekuatan sangat besar.
ISTILAH-ISTILAH YANG DIGUNAKAN DALAM GEMPA
Seismologi : ilmu yang mempelajari tentang gempa bumi, gelombang seismik dan perambatannya.
Seismograf : alat yang digunakan untuk mencatat gerakan gempa, yang dapat dibagi menjadi 2 , yaitu seismograf horizontal dan seismograf vertikal.
Episentrum : pusat gempa yang terletak di dalam bumi, merupakan sumber gempa yang sesungguhnya.
Homoseista : garis yang menghubungkan tempat-tempat yang dilalui gempa pada waktu yang sama.
Isoseista : garis yang menghubungkan tempat-tempat yang dilalui gempa yang sama intensitasnya.
Pleistoseista : garis yang menghubungkan tempat-tempat yang sama kerusakannya akibat gempa.
MACAM-MACAM RAMBATAN GEMPA.
Gelombang longitudinal : gelombang yang bersifat merapat dan merenggang.
Gelombang transfersal : gelombang yang bergerak naik turun.
Gelombang panjang.
Struktur Lapisan Kulit Bumi (litosfer)
Pertama tama perlu anda ketahui bahwa kata lithosfer berasal dari
bahasa yunani yaitu lithos artinya batuan, dan sphera artinya lapisan
lithosfer yaitu lapisan kerak bumi yang paling luar dan terdiri atas
batuan dengan ketebalan rata-rata 1200 km.
Perlu anda pahami bahwa yang dimaksud batuan bukanlah benda yang keras
saja berupa batu dalam kehidupan sehari hari, namun juga dalam bentuk tanah
liat, abu gunung api, pasir, kerikil dan sebagainya.
Tebal kulit bumi tidak merata, kulit bumi di bagian benua atau daratan lebih tebal
dari di bawah samudra.
Bumi tersusun atas beberapa lapisan yaitu:
a. Barisfer yaitu lapisan inti bumi yang merupakan bahan padat yang tersusun
dari lapisan nife (niccolum=nikel dan ferum besi) jari jari barisfer +- 3.470 km.
b. Lapisan antara yaitu lapisan yang terdapat di atas nife tebal 1700 km. Lapisan
ini disebut juga asthenosfer mautle/mautel), merupakan bahan cair bersuhu
tinggi dan berpijar. Berat jenisnya 5 gr/cm3.
c. Lithosfer yaitu lapisan paling luar yang terletak di atas lapisan antara dengan
ketebalan 1200km berat jenis rata-rata 2,8 gram/cm3.
Litosfer disebut juga kulit bumi terdiri dua bagian yaitu:
1. Lapisan sial yaitu lapisan kulit bumi yang tersusun atas logam silisium dan
alumunium, senyawanya dalam bentuk SiO2 dan AL 2 O3.
Pada lapisan sial (silisium dan alumunium) ini antara lain terdapat batuan
sedimen, granit andesit jenis-jenis batuan metamor, dan batuan lain yang
terdapat di daratan benua.
Kegiatan Belajar 1
6
Lapisan sial dinamakan juga lapisan kerak bersifat padat dan batu bertebaran
rata-rata 35km.
Kerak bumi ini terbagi menjadi dua bagian yaitu:
- Kerak benua : merupakan benda padat yang terdiri dari batuan granit
di bagian atasnya dan batuan beku basalt di bagian
bawahnya. Kerak ini yang merupakan benua.
- Kerak samudra : merupakan benda padat yang terdiri dari endapan di
laut pada bagian atas, kemudian di bawahnya batuan
batuan vulkanik dan yang paling bawah tersusun dari
batuan beku gabro dan peridolit. Kerak ini menempati
dasar samudra
2. Lapisan sima (silisium magnesium) yaitu lapisan kulit bumi yang tersusun
oleh logam logam silisium dan magnesium dalam bentuk senyawa Si O2
dan Mg O lapisan ini mempunyai berat jenis yang lebih besar dari pada
lapisan sial karena mengandung besi dan magnesium yaitu mineral ferro
magnesium dan batuan basalt. Lapisan merupakan bahan yang bersipat
elastis dan mepunyai ketebalan rata rata 65 km .
Perhatikan gambar penampang bumi berikut ini:
Gambar 04.01 Penampanmg bumi.
1. Batuan pembentuk lithosfer
Pada lithosfer terdapat tiga jenis batuan yaitu:
a. Batuan beku
b. Batuan sedimen
c. Batuan metamorf
Litosfer
Calcosfer
Nife Barisfer
Samudera
atlantik
Amerika
Selatan
Samudera
Sial
Sial Litosfer
Litosfer
Sima
Litosfer
Calcosfer
Barisfer
Calcosfer
Nife
3.470 Km
1.700 Km
1.200 Km
1.000 Km
7
Semua batuan pada mulanya dari magma
Magma keluar di permukaan bumi antara lain melalui puncak gunung berapi.
Gunung berapi ada di daratan ada pula yang di lautan. Magma yang sudah
mencapai permukaan bumi akan membeku. Magma yang membeku kemudian
menjadi batuan beku. Batuan beku muka bumi selama beribu-ribu tahun
lamanya dapat hancur terurai selama terkena panas, hujan, serta aktifitas
tumbuhan dan hewan.
Selanjutnya hancuran batuan tersebut tersangkut oleh air, angin atau hewan
ke tempat lain untuk diendapkan. Hancuran batuan yang diendapkan disebut
batuan endapan atau batuan sedimen. Baik batuan sedimen atau beku dapat
berubah bentuk dalam waktu yang sangat lama karena adanya perubahan
temperatur dan tekanan. Batuan yang berubah bentuk disebut batuan malihan
atau batuan metamorf.
Untuk lebih memahami jenis-jenis batuan perhatikan uraian berikut:
a. Batuan Beku
Ada dua macam batuan beku, yaitu batuan beku dalam (contohnya batu
granit), dan batuan beku luar (contohnya batu andesit ). Untuk mengetahui
ketepatan batuan jenis batuan harus dilakukan uji laboratorium dengan
menggunakan mikroskop untuk melihat bentuk kristal batuanya.
Gambar 04.02 jenis jenis batuan beku
8
b. Batuan sedimen
Ada beberapa macam batuan sedimen, yaitu batuan sedimen klastik,
sedimen kimiawi dan sedimen organic. Sedimen klastik berupa campuran
hancuran batuan beku, contohnya breksi, konglomerat dan batu pasir.
Sedimen kimiawi berupa endapan dari suatu pelarutan, contohnya batu
kapur dan batu giok. Sedimen organic berupa endapan sisa sisa hewan
dan tumbuhan laut contohnya batu gamping dan koral.
Gambar 04 03 jenis jenis batuan sedimen
c. Batuan Malihan (Batuan Metamorf)
Batuan malihan atau metamorf adalah batuan yang berubah bentuk.
Contohnya kapur (kalsit) berubah menjadi marmer, atau batuan kuarsa
menjadi kuarsit.
Gambar 04.04. jenis jenis batuan metamorf
2. Pemanfaatan lithosfer
Lithosfer merupakan bagian bumi yang langsung berpengaruh terhadap
kehidupan dan memiluki manfaat yang sangat besar bagi kehidupan di bumi.
Litosfer bagian atas merupakan tempat hidup bagi manusia, hewan dan
tanaman. Manusia melakukan aktifitas di atas lithosfer.
Selanjutnya lithosfer bagian bawah mengandung bahan bahan mineral yang
sangat bermanfaat bagi manusia. Bahan bahan mineral atau tambang yang
berasal dari lithosfer bagian bawah diantaranya minyak bumi dan gas, emas,
batu bara, besi, nikel dan timah.
9
Melihat manfaat Litthosfer yang demikian besar tersebut sepantasnyalah kita
selalu bersyukur terhadap Tuhan Yang Maha Esa.
LATIHAN
Amatilah batu-batuan yang ada di sekitar tempat tinggal anda,
selanjutnya tentukan nama dan jenis batuan yang anda amati
tersebut.Kerjakan tugas ini secara berkelompok, hasil tugas serahkan
pada guru anda.
3. Bentuk muka bumi sebagai akibat proses vulkanisme dan diatropisme.
Mengapa bentuk permukaan bumi tidak merata. Hal ini disebabkan karena
adanya pengaruh dari luar bumi dan dalam bumi itu sendiri.
Pengaruh dari dalam bumi berupa suatu tenaga yang sangat besar sehingga
dapat membentuk muka bumi yang beraneka ragam. Tenaga yang berasal
dari dalam bumi disebut endogen. Tenaga yang berasal dari luar bumi disebut
tenaga eksogen. Tenaga eksogen bersifat merusak bentuk bentuk permukaan
bumi yang dibangun atas tenaga endogen.
Tenaga endogen meliputi tektonisme, vulkanisme dan seisme, sedangkan
tenaga eksogen meliputi pengikisan dan pengendapan.
Tenaga eksogen antara lain meliputi pelapukan (weathering) dan erosi
(pengikisan).
1. Gejala vulkanisme.
Vulkanisme yaitu peristiwa yang sehubungan dengan naiknya magma
dari dalam perut bumi.
Magma adalah campuran batu-batuan dalam keadaan cair, liat serta
sangat panas yang berada dalam perut bumi. Aktifitas magma disebabkan
oleh tingginya suhu magma dan banyaknya gas yang terkandung di
dalamnya sehingga dapat terjadi retakan-retakan dan pergeseran lempeng
kulit bumi.Magma dapat berbentuk gas padat dan cair.
Proses terjadinya vulkanisme dipengaruhi oleh aktivitas magma yang
menyusup ke lithosfer (kulit bumi). Apabila penyusupan magma hanya
sebatas kulit bumi bagian dalam dinamakan intrusi magma. Sedangkan
penyusupan magma sampai keluar ke permukaan bumi disebut ekstrusi
magma. Sampai di sini apakah anda dapat memahami. kalau anda sudah
memahami mari ikuti penjelasan berikutnya!
10
1.1 Intrusi magma
intrusi magma adalah peristiwa menyusupnya magma di antara
lapisan batu-batuan, tetapi tidak mencapai permukaan bumi. Intrusi
magma dapat dibedakan menjadi empat, yaitu:
a) Intrusi datar (sill atau lempeng intrusi), yaitu magma menyusup
diantara dua lapisan batuan, mendatar dan pararel dengan lapisan
batuan tersebut.
b) Lakolit, yaitu magma yang menerobos di antara lapisan bumi paling
atas. Bentuknya seperti lensa cembung atau kue serabi.
c) Gang (korok), yaitu batuan hasil intrusi magma yang menyusup
dan membeku di sela sela lipatan (korok).
d) Diatroma adalah lubang (pipa) diantara dapur magma dan
kepundan gunung berapi bentuknya seperti silinder memanjang .
1.2 Ekstrusi magma
Ekstrusi magma adalah peristiwa penyusupan magma hingga keluar
Permukaan bumi dan membentuk gunung api. Hal ini terjadi bila
tekanan Gas cukup kuat dan ada retakan pada kulit bumi . Ekstrusi
magma dapat di bedakan Menjadi:
a) Erupsi linier, yaitu magma keluar melalui retakan pada kulit bumi,
berbentukKerucut gunung api.
b) Erupsi sentral, yaitu magma yang keluar melalui sebuah lubang
permukaan bumi dan membentuk gunung yang letaknya tersendiri.
c) Erupsi areal, yaitu magma yang meleleh pada permukaan bumi
karena letak Magma yang sangat dekat dengan permukaan bumi,
sehingga terbentuk kawah gunung berapi yang sangat luas.
Perhatikan gambar berikut ini!
Gambar 04.05. Intrusi magma.
Gunung merupakan tonjolan pada kulit bumi yang terdiri dari lereng
dan puncak.
G. Berapi
Lava
Batuan Magma
Sill
Lakkolit
Sill
Batuan Metamorf
Sill
Batolit
Dapur Magma
Batuan Sedimen
Diatrema
11
Rangkaian dari gunung-gunung membentuk pegunungan. Gunung dan
pegunungan terbentuk karena adanya tenaga endogen.
Apabila suatu tempat di permukaan bumi yang pernah atau masih
mengeluarkan magma maka terbentuklah gunung berapi.
Berdasarkan tipe letusan gunung berapi dapat dibedakan menjadi tiga
yaitu:
a) Gunungapi strato atau kerucut.
Kebanyakan gunung berapi di dunia merupakan gunung berapai
kerucut. Letusan pada gunung api kerucut termasuk letusan
kecil.letusan dapat berupa lelehan batuan yang panas dan cair.
Seringnya terjadi lelehan menyebabkan lereng gunugn berlapis
lapis.Oleh karena itu, gunung api ini disebut gunung api strato.
Sebagian besar gunung berapi di sumatera, jawa, bali, Nusa Tenggara
dan Maluku termasuk gunung api kerucut.
Gambar 04 .06 Gunung api strato (kerucut)
b) Gunung api maar.
Bentuk gunung api maar seperti danau kering. Jenis gunung api maar
seperti danau kering. Jenis gunung api maar tidak banyak. gunung
berapi ini terbentuk karena ada letusan besar yang membentuk lubang
besar pada puncak yang di sebut kawah. Gunung api maar memiliki
corong. Contohnya Gunung Lamongan jawa Timur dengan kawahnya
Klakah.
Gambar 04.07 gunung api maar.
12
c) Gunung api perisai
Di Indonesia tidak ada gunung yang berbentuk perisai. Gunung api
perisai contohnya Maona Loa Hawaii, Amerika Serikat. Gunung api
perisai terjadi karena magma cair keluar dengan tekanan rendah
hampir tanpa letusan. Lereng gunung yang terbantuk menjadi sangat
landai.
Gambar 04.08 Gunung api perisai
Gambar 04.09 Penampang gunung Api
Gambar 04.10 tipe letusan gunung berapi
Aliran lava
yang lama
Aliran
lahar
Celah samping
Timbunan tufa
Aliran
celah
Ambang
Saluran
Persediaan
Magma
LAVA DAYA PEMBANGUN
Cair Encer
Cair Kental
Kental
Tekanan Gas
Kedalaman dapur
magma
Tipe Hawai Tipe Stromboll
Tipe Perret
Tipe Vulkano lemah
Tipe Merapi Tipe St. Vincent Tipe Pelee
Vesuvius 1906
Krakatau 1883
Merapi
1920 - 1930
St. Vincent
1902 - 1919
Pelee
1902- 1903
Rendah
Sangat dalam
Sedang
Dangkal
Tinggi
Dalam
Sangat tinggi
Sangat dalam
13
Pada umumnya bentuk gunung berapi di Indonesia adalah strato (kerucut).
Gunung berapi yang pernah meletus, umunya berpuncak datar. Oleh
karena itu, di Indonesia sering terjadi peristiwa gunung meletus. Magma
yang keluar ke permukaan bumi ada yang padat cair dan gas. Material
yang digunakan oleh gunung api tersebut, antara lain:
1) Eflata (material padat) berupa lapili, kerikil, pasir dan debu.
2) Lava dan lahar, berupa material cair.
3) Eksalasi (gas) berupa nitrogen belerang dan gas asam.
Ciri cirri gunung api yang akan meletus, antara lain:
1) Suhu di sekitar gunung naik.
2) Mata air mejadi kering
3) Sering mengeluarkan suara gemuruh, kadang kadang disertai getaran
(gempa)
4) Tumbuhan di sekitar gunung layu, dan
5) Binatang di sekitar gunung bermigrasi.
Tanda tanda ini menandakan intrusi magma yang terus mendesak ke
permukaan, apabila desakan ini cukup kuat, yang terjadi adalah letusan
gunung berapi. Setelah terjadi letusan Gunung itu mengalami istirahat,
tetapi aktifitas gunung tersebut masih berlangsung, sehingga suatu saat
dapat mengeluarkan suatu tanda tanda aktif kembali. material vulkanik
yang terdapat pada gunung berapi setelah meletus (post vulkanik), antara
lain:
1) terdapatnya sumber gas H2 S, H2O,dan CO2.
2) Sumber air panas atau geiser.
Sumber gas ini ada yang sangat berbahaya bagi kehidupan. Bahkan dapat
mematikan misalnya yang terjadi pada Kawah Sinila (Dieng) disamping
berbahaya, gejala post vulkanik bermanfaat juga bagi kehidupan manusia.
bahkan dapat juga dijadikan objek wisata , Misalnya air panas dan kawah
gunung berapi.
Danau vulkanik
Setelah gunung merapi meletus atas kepundannya yang kedap air dapat
menampung air dan membetuk danau. Danau vulkanik adalah danau
yang terbentuk akibat letusan gunung yang kuat sehingga menghancurkan
bagian puncaknya, kemudian membentuk sebuah cekungan besar,
cekungan menampung air dan membentuk danau.
Contoh danau vulkanik, antara lain: danau di pucak gunung lokon di
Sulawesi Utara dan Danau Kelimutu di Flores.
14
Manfaat dan kerugian vulkanisme
Peristiwa vulkanik selain memberikan manfaat juga dapat menimbulkan
kerugian harta benda maupun jiwa. Keuntungan yang kita peroleh setelah
vulkanisme berlangsung antara lain:
1) objek wisata berupa kawah (Kawah gunung bromo ), sumber air panas
yang memancar (Yellowstone di amerika serikat, dan pelabuhan ratu
di cisolok), sumber air mineral (Maribaya di jawa barat dan Baturaden
di jawa tengah)
2) Sumber energi panas bumi misalnya di kamojang, Jawa Barat.
3) Tanah subur yang akan diperoleh setelah beberapa tahun kemudian.
Kerugian yang kita alami terutama adalah berupa jiwa dan harta benda,
karena:
1) gempa bumi yang dapat ditimbulkanya dapat merusak bangunan.
2) Kebakaran hutan akibat aliran lava pijar.
3) Tebaran abu yang sangat tebal dan meluas dapat merusak kesehatan
dan mengotori sarana yang ada.
2. Bentuk muka bumi akibat diatropisme
Ditropisme adalah proses pembentukan kembali kulit bumi pembentukan
gunung-gunung, lembah-lembah, lipatan lipatan dan retakan retakan.
Proses pembentukan lembah kulit bumi tersebut karena adanya tenaga
tektonik.
Tektonisme adalah tenaga yang berasal dari kulit bumi yang menyebabkan
perubahan lapisan permukaan bumi, baik mendatar maupun vertikal.
Tenaga tektonik adalah tenaga yang berasal dari dalam bumi yang
menyebabkan gerak naik dan turun lapisan kulit bumi. Gerak itu meliputi
gerak orogenetik dan gerak epirogenetik. (orogenesa dan epiro genesa).
Gerak orogenetik adalah gerak yang dapat menimbulkan lipatan patahan
retakan disebabkan karena gerakan dalam bumi yang besar dan meliputi
daerah yang sempit serta berlangsung dalam waktu yang singkat.
a). Lipatan, yaitu gerakan pada lapisan bumi yang tidak terlalu besar
dan berlangsung dalam waktu yang lama sehingga menyebabkan
lapisan kulit bumi berkerut atau melipat, kerutan atau lipatan bumi ini
yang nantinya menjadi pegunungan. Punggung lipatan dinamakan
aliklinal, daerah lembah (sinklinal) yang sangat luas dinamakan
geosinklinal, ada beberapa lipatan, yaitu lipatan tegak miring, rebah,
menggantung, isoklin dan kelopak.
15
Perhatikan gambar:
Gambar 04.11.
Sinklinal dan Antiklinal
Pehatikan gambar!
Gambar 04.12 Bentuk-bentuk lipatan
a. lipatan tegak d. lipatan menggantung
b. lipatan miring e. lipatan isoklin
c. lipatan rebah f. lipatan kelopak
Patahan yaitu gerakan pada lapisan bumi yang sangat besar dan
berlangsung yang dalam waktu yang sangat cepat, sehingga
menyebabkan lapisan kulit bumi retak atau patah. Bagian muka bumi
yang mengalami patahan seperti graben dan horst. Horst adalah tanah
naik, terjadi bila terjadi pengangkatan. Graben adalah tanah turun,
terjadi bila blok batuan mengalami penurunan.
Perhatikan gambar!
Gambar 04.13 Groben dan Horst
Kompresi
Antiklinal
Sinklinal
Kompresi
a b c
d e f
Graben Horst
16
Gambar 04.14 Arah tekanan pada proses patahan.
Gambar 04.15 Macam macam bentuk patahan.
b). Gerak epirogenetic yaitu gerak yang dapat menimbulkan permukaan bumi
seolah turun atau naik, disebabkan karena gerakan di bumi yang lambat
dan meliputi daerah yang luas gerak epirogenetik di bedakan menjadi
dua, yaitu gerak epiro genetic positif dan gerak epiro genetic negatif.
1.) Gerak epirogenetic positif adalah gerakan permukaan bumi turun dan
seolah olah permukaan air laut naik. Contoh, turunya pulau-pulau di
kawasan Indonesia timur (Kepulauan Maluku dan kepulauan Benda.
Tenaga
tarikan
tangensial
Tenaga
tarikan
tangensial
Turun (merosot)
Horst
Slenk
Kedudukan
asal
Horst
Horst Graben Menuju suatu pusat
Memusat Menyebar Fleksur
Dekstral Sinistral
Block Mountain
17
2.) Gerak epirogenetic negatif adalah gerakan permukaan bumi seolaholah
permukaan bumi naik dan seolah olah permukaan air turun.
Contoh, naiknya dataran tinggi Colorado. Supaya lebih jelas, lihatlah
gambar di bawah ini.
Gambar 04.16 Gerak epirogenetik positip dan negatif.
LATIHAN
Amatilah wilayah di sekitar anda ! sebutkan bentuk bentangan yang
ada! buatlah analisa penyebab terjadinya, harap anda bedakan
antara penyebab dari tenaga endogen maupun Eksogen! Kerjakan
latihan ini secara berkelompok. Hasil analisa ini harap di serahkan
ke guru.
DARAT DARAT
DARAT DARAT
LAUT LAUT LAUT LAUT
Permukaan laut
seolah-olah naik
Permukaan laut
seolah-olah turun
18
TUGAS 1
Jawablah pertanyaan ini dengan singkat dan jelas!
1. Sebutkan susunan lapian bumi
2. Apakah sial itu
3. Sebutkan tiga jenis batuan lithosfer
4. Apakah arti intrusi magma dan ekstrusi magma
5. Apakah tektonisme itu.
19
PERUBAHAN BENTANG ALAM DAN
DAMPAKNYA TERHADAP KEHIDUPAN
Setelah selesai mempelajari kegiatan 2 anda diharapkan dapat:
1. Mengidentifikasi ciri bentang alam akibat proses pengikisan
2. mengidentifikasi dampak perubahan lithosfer terhadap kehidupan.
A. Bentang Alam Akibat Proses Pengikisan dan Proses
Pengendapan
Pada kegiatan 1, Anda telah mempelajari tenaga endogen yang
bersifat membangun dan berasal dari dalam bumi. Pada kegiatan ini
akan dibahas tentang tenaga eksogen.
Tenaga eksogen adalah tenaga yang berasal dari luar bumi dan bersifat merusak
berupa air, gletser maupun sinar matahari.
Pengrusakan bentuk muka bumi oleh tenaga eksogen berupa pelapukan,
pengikisan (erosi) dan pengendapan.
Dalam modul ini akan dibahas satu persatu.
1. Pelapukan
Pelapukan adalah proses pegrusakan atau penghancuran kulit bumi oleh
tenaga eksogen. Pelapukan di daerah daerah berbeda beda tergantung unsur
unsur dari daerah tersebut. Misalnya di daerah tropis yang pengaruh suhu
dan air sangat dominan, tebal pelapukan dapat mencapai seratus meter,
sedangkan daerah sub tropis pelapukannya hanya beberapa meter saja.
Menurut proses terjadinya pelapukan dapat digolongkan menjadi 3 jenis yaitu:
- pelapukan fiik atau mekanik
- pelapukan organis
- pelapukan kimiawi
Penjelasan ketiga jenis tersebut adalah:
a. Pelapukan fisik dan mekanik.
Pada proses ini batuan akan mengalami perubahan fisik baik bentuk
maupun ukuranya.
Kegiatan Belajar 2
20
Batuan yang besar menjadi kecil dan yang kecil menjadi halus. Pelapukan
ini di sebut juga pelapukan mekanik sebab prosesnya berlangsung secara
mekanik.
Penyebab terjadinya pelapukan mekanik yaitu:
1. Adanya perbedaan temperatur yang tinggi.
Peristiwa ini terutama terjadi di daerah yang beriklim kontinental atau
beriklim Gurun di daerah gurun temperatur pada siang hari dapat
mencapai 50 Celcius. Pada siang hari bersuhu tinggi atau panas.
Batuan menjadi mengembang, pada malam hari saat udara menjadi
dingin, batuan mengerut. Apabila hal itu terjadi secara terus menerus
dapat mengakibatkan batuan pecah atau retak-retak.
Perhatikan gambar !
Gambar 04.17 Proses pelapukan mekanik
2. Adapun pembekuan air di dalam batuan
Jika air membeku maka volumenya akan mengembang.
Pengembangan ini menimbulkan tekanan, karena tekanan ini batubatuan
menjadi rusak atau pecah pecah. Pelapukan ini terjadi di
daerah yang beriklim sedang dengan pembekuan hebat.
3. Berubahnya air garam menjadi kristal.
Jika air tanah mengandung garam, maka pada siang hari airnya
menguapdan garam akan mengkristal. Kristal garam garam ini tajam
sekali dan dapat merusak batuan pegunungan di sekitarnya, terutama
batuan karang di daerah pantai.
A. Batuan mengalami pemanasan
dari matahari dan batuan
mengembang
B. Pada malam hari suhu udara
rendah dan batuan mengerut
C. Mengembang dan mengerut
secara silih berganti
menyebabkan batuan retak
D. Setelah sekian waktu batuan
akan menjadi pecah
21
Gambar 04.18 salah satu bentuk bumi yang
mengalami proses pelapukan mekanik.
b. Pelapukan organik
Penyebabnya adalah proses organisme yaitu binatang tumbuhan dan
manusia, binatang yang dapat melakukan pelapukan antara lain cacing
tanah, serangga.
Dibatu-batu karang daerah pantai sering terdapat lubang-lubang yang
dibuat oleh binatang.
Pengaruh yang disebabkan oleh tumbuh tumbuhan ini dapat bersifat
mekanik atau kimiawi. Pengaruh sifat mekanik yaitu berkembangnya akar
tumbuh-tumbuhan di dalam tanah yang dapat merusak tanah disekitarnya.
Pengaruh zat kimiawi yaitu berupa zat asam yang dikeluarkan oleh akarakar
serat makanan menghisap garam makanan. Zat asam ini merusak
batuan sehingga garam-garaman mudah diserap oleh akar. Manusia juga
berperan dalam pelapukan melalui aktifitas penebangan pohon,
pembangunan maupun penambangan.
c. Pelapukan kimiawi
Pada pelapukan ini batu batuan mengalami perubahan kimiawi yang
umumnya berupa pengelupasan. Pelapukan kimiawi tampak jelas terjadi
pada pegunungan kapur (Karst). Pelapukan ini berlangsung dengan
batuan air dan suhu yang tinggi. Air yang banyak mengandung CO2 (Zat
asam arang) dapat dengan mudah melarutkan batu kapur (CACO2).
Peristiwa ini merupakan pelarutan dan dapat menimbulkan gejala karst.
Di Indonesia pelapukan yang banyak terjadi adalah pelapukan kimiawi.
Hal ini karena di Indonasia banyak turun hujan. Air hujan inilah yang
memudahkan terjadinya pelapukan kimiawi.
22
Gejala atau bentuk - bentuk alam yang terjadi di daerah karst diantaranya:
a. Dolina
Dolina adalah lubang lubang yang berbanuk corong. Dolina dapat
terjadi karena erosi (pelarutan) atau karena runtuhan. Dolina terdapat
hampir di semua bagian pegununga kapur di jawa bagian selatan,
yaitu di pegunungan seribu.
b. Gua dan sungai di dalam Tanah
Di dalam tanah kapur mula-mula terdapat celah atau retakan. Retakan
akan semakin besar dan membentuk gua-gua atau lubang-lubang,
karena pengaruh larutan.Jika lubang-lubang itu berhubungan, akan
terbentuklah sungai-sungai di dalam tanah.
c. Stalaktit adalah kerucut kerucut kapur yang bergantungan pada atap
gua. Terbentuk dari kapur yang tebal akibat udara masuk dalam gua.
Stalakmit adalah kerucut-kerucut kapur yang berdiri pada dasar gua.
Contohnnya stalaktit dan stalakmit di Gua tabunan dan gua Gong di
Pacitan, jawa Timur serta Gua jatijajar di Kebumen, Jawa Tengah.
Perhatikan gambar!
Gambar 04. 19
Stalaktit yang di atas dan
stalakmit yang di bawah.
Sampai di sini dapatkah anda pahami?
Baik, Pembahasan selanjutnya adalah akibat yang ditimbulkan dari proses
pengikisan dan pengendapan.
Anda mungkin berpikir bahwa jurang dan juga sungai yang berkelok kelok
telah terjadi sejak awal padahal jurang tejadi karena adanya proses
pengikisan, sedangkan sungai yang berkelok kelok selain disebabkan karena
pengikisan, juga merupakan hasil pengendapan oleh tenaga air.
23
2. Bentangan alam akibat pengikisan.
Air yang mengalir menimbulkan gesekan terhadap tanah dan batuan yang di
laluinya. Gesekan akan semakin besar jika kecepatan dan jumlah air semakin
besar. Kecepatan air juga akan semakin besar jika gradien (kemiringan) Lahan
juga besar. Gesekan antara air dengan tanah atau batuan di dasar sungai
dan gesekan antara benda benda padat yang terangkat air oleh tanah atau
batuan di bawahnya dapat menyebabkan terjadinya pengikisan. Pengikisan
oleh air sungai yang terjadi secara terus menerus dapat mengakibatkan
terbentuk v, jurang atau ngarai, aliran deras dan air terjun.
a. Lembah
Apabila kecepatan aliran air di dasar sungai vepat maka akan terjadi
pengikisan di dasar sungai capat maka akan terjadi pengikisan di dasar
sungai atau sering di sebut erosi vertical. Apabila aliran aliran air yang
cepat terjadi di tepi sungai maka akan manyebabkan terjadinya pengikisan
ke arah samping atau erosi ke samping. Hasil erosi vertical, sungai
semakin lama semakin dalam, sedang erosi ke samping menyebabkan
sungai samakin lebar. Erosi vertical membentuk huruf v. Contoh lembah
aria, Ngarai sianak serta Grand di Amerika Serikat.
Perhatikan gambar!
Gambar 04.20 lembah berbentuk v.
b. Jurang
Perhatikan anda melihat adanya sungai yang sangat dalam dan sempit.
Bentang alam seperti itu termasuk jurang. Jurang terbentuk jika pengikisan
terjadi pada batuan yang resisten. Batuan resistenyang ada di kanan kiri
sungai tidak mudah terkikis oleh air, sedangkan erosi veritikal terus
berlangsung. Oleh karena itu erosi vertical berlangsung lebih cepat
dibandingkan erosi ke samping. Akibatnya, dinding sungai sangat miring
atau cenderung vertical dan dasar sungai dalam.bahan yang resisten
adalah batuan yang keras dan tidak mudah terkikis air.
24
Perhatikan gambar
Gambar 04.21
Jurang akibat dari pengikisan.
c. Aliran deras
Kadang kala kita temui sungai yang pada beberapa bagianya sangat
deras, sedangkan bagian yang lain tidak deras. Aliran air sungai yang
deras terbentuk dari adanya jenis batuan yang selang- seling antara batuan
yang resisten dan batuan yang tidak resisten pada dasar sungai. Saat air
melewati batuan yang resisten, air akan sulit melakukan pengikisan,
akibatnya dasar sungai menjadi tidak rata. Pada saat air melewati batuan
yang tidak resisten, terjadi turbulensi dan terbentuk seperti air terjun
pendek yang aliranya deras.
Bentang alam seperti ini disebut rapit atau aliran deras.
Gambar 04 22
Proses terbentuknya aliran
deras. (rapid)
Gambar 04. 23
Aliran deras
Sungai
Batuan
tidak
resisten Batuan
resisten
Batuan
tidak
resisten Batuan
resisten Batuan
tidak
resisten
Aliran
deras
25
d. Air terjun
Air terjun terbentuk pada sungai yang jenis batuan di dasar sungai ada
yang resisten yang tidak resisten.Proses yang terjadi hampir sama dengan
aliran deras.
Hanya saja, pengikisan air mengakibatkan perbedaan air yang cukup
besar antara batuan resisten dan batuan tidak resisten. Akibatnya, air
jatuh dari ketinggian membentuk air terjun. Lihat gambar di bawah ini.
Gambar 04. 24
Proses terbentuknya
air terjun
3. Pengikisan (erosi) oleh air laut
Erosi oleh air laut merupakan pengikisan di pantai oleh pukulan gelombang
laut yang Terjadi secara terus - menerus terhadap dinding pantai. Bentang
alam yang diakibatkan oleh erosi air laut, antara lain cliff (tebing terjal), notch
(takik), gua di pantai, wave cut platform (punggung yang terpotong
gelombang), tanjung, dan teluk. Cliff terbentuk karena gelombang
melemahkan batuan di pantai. Pada awalnya gelombang meretakan batuan
di pantai. Akhirnya, retakan semakin membesar dan membentuk notch yang
semakin dalam akan membentuk gua. Akibat diterjang gelobang secara terus
menerus mengakibatkan atap gua runtuh dan membentuk cliff dan wave cut
playform. Lihatlah gambar di bawah ini!
Perhatikan gambar!
Gambar 04.25 Proses
terbentuknya dinding
terjal (a) dan
Panggung pantai (b)
Sungai
Batuan
tidak
resisten
Batuan
tidak
resisten
Batuan resisten
Batuan resisten
Batuan
tidak
resisten
Batuan
tidak
resisten
Air
terjun
Daratan
Sedimen Laut
Pasang tinggi
Pasang rendah
Cliff
Wave cut
plaform
Daratan
Sedimen Laut
Pasang tinggi
Pasang rendah
Atap gua
Cliff runtuh
Daratan
Notch
Pasang tinggi
Pasang rendah
Laut
Daratan
Gua Laut
Sedimen
Pasang tinggi
Pasang rendah
A. Gelombang mengikis batuan
hingga membentuk notch
B. Notch terkikis hingga membentuk
gua
(a) (b)
26
Selanjutnya bagaimana tanjung dan teluk dibentuk?
Tanjung adalah daratan yang menjorok ke laut, sedang teluk adalah laut
yang menjorok ke arah daratan.
Pantai memiliki jenis batuan yang berselang seling antara batuan resisten
dan tidak resisten. Pada batuan yang tidak resisten akan dengan mudah
tererosi, sedangkan batuan yang resisten sulit untuk tererosi. Akibatnya, pada
batuan yang tidak resisten akan terbentuk teluk yang menjorok ke daratan
pada batuan yang resisten terbentuk tanjung yang menjorok ke laut.
Perhatikan gambar!
Gambar 04.26 Proses terbentuknya teluk dan tanjung.
1. Erosi oleh es/gletser
Erosi oleh gletser merupakan pengikisan yang dilakukan oleh gletser
(lapisan es) di daerah pegunungan. Pengikisan ini terjadi di daerah yang
memiliki empat musim. Pada saat musim semi, terjadi erosi oleh gletser
yang meluncur menuruni lembah. Akkibatnya lereng menjadi lebih terjal.
Contoh bentang alam yang terjadi akibat erosi gletser adalah pantai fyord,
yaitu pantai dengan dinding yang berkelok kelok.
2. Erosi oleh angin
Pengikisan oleh angin banyak terjadi di daerah gurun atau di daerah yang
beriklim kering. Jika angin dan pasir mengikis batu batuan yang dilaluinya
maka akan membentuk batu cendawan di gunung pasir. Contohnya,
Tanah Loss di cina Utara (Gurun Gobi) yang memiliki tebal 600 m.
LATIHAN
Amatilah daerah di sekitar anda! Selanjutnya sebutkan jenis jenis erosi
beserta bentang alamnya yang terjadi akibat proses eosi tersebut!
Laporkan hasil tugas kepada guru anda!
Gelombang Gelombang
Laut Laut
Batuan tidak
resisten
Batuan resisten
Batuan tidak
resisten
Batuan resisten
Batuan tidak
resisten
Tanjung
Teluk
Tanjung
Teluk
27
B. Bentang Alam Akibat Proses Pengendapan (sedimentasi)
Sedimentasi adalah terbawanya material hasil dari pengikisan dan pelapukan
oleh Air, angin atau gletser ke suatu wilayah yang kemudian diendapkan.
Semua batuan hasil pelapukan dan pengikisan yang diendapkan lama kelamaan
akan menjadi batuan sedimen. Hasil proses sedimentasi di suatu tempat dengan
tempat lain akan berbeda. Berikut ini akan dijelaskan ciri bentang lahan akibat
proses pengendapan berdasarkan tenaga pengangkutnya.
1) Pengendapan oleh air
Batuan hasil pengendapan oleh air disebut sedimen akuatis. Bentang alam
hasil pengendapan oleh air, antara lain meander, dataran banjir, tanggul alam
dan delta.
a) Meander
Meander merupakan sungai yang berkelok - kelok yang terbentuk karena
adanya pengendapan. Proses berkelok-keloknya sungai dimulai dari
sungai bagian hulu.Pada bagian hulu, volume air kecil dan tenaga yang
terbentuk juga kecil. Akibatnya sungai mulai menghindari penghalang dan
mencari rute yang paling mudah dilewati. Sementara, pada bagian hulu
belum terjadi pengendapan.
Pada bagian tengah, yang wilayahnya mulai datar aliran air mulai lambat
dan membentuk meander. Proses meander terjadi pada tepi sungi, baik
bagian dalam maupun tepi luar. Di bagian sungai yang aliranya cepat
akan terjadi pengikisan sedangkan bagian tepi sungai yang lamban
alirannya akan terjadi pengendapan.
Apabila hal itu berlangsung secara terus-menerus akan membentuk
meander.
Gambar 04.27 Pproses terjadinya meander
Tebing
sungai
Pengikisan
Pengendapan
28
Meander biasanya terbentuk pada sungai bagian hilir, dimana pengikisan
dan Pengendapan terjadi secara berturut turut. Proses pengendapan yang
terjadi secara terus menerus akan menyebabkan kelokan sungai terpotong
dan terpisah dari aliran sungai, Sehingga terbentuk oxbow lake.
b. Delta
Pada saat aliran air mendekati muara, seperti danau atau laut maka
kecepatan aliranya menjadi lambat. Akibatnya, terkadi pengendapan
sedimen oleh air sungai. Pasir akan diendapkan sedangkan tanah liat
dan Lumpur akan tetap terangkut oleh aliran air. Setelah sekian lama ,
akan terbentuk lapisan - lapisan sedimen. Akhirnya lapian lapisan sedimen
membentuk dataran yang luas pada bagian sungai yang mendekati
muaranya dan membentuk delta.
Pembetukan delta memenuhi beberapa syarat. Pertama, sedimen yang
dibawa oleh sungai harus banyak ketika akan masuk laut atau danau.
Kedua, arus panjang di sepanjang pantai tidak terlalu kuat. Ketiga , pantai
harus dangkal. Contoh bentang alam ini adalah delta Sungai Musi, Kapuas,
dan Kali Brantas.
c. Dataran banjir dan tanggul alam
Apabila terjadi hujan lebat, volume air meningkat secara cepat. Akibatnya
terjadi banjir dan meluapnya air hingga ke tepi sungai. Pada saat air surut,
bahan bahan yang terbawa oleh air sungai akan terendapkan di tepi
sungai. Akibatnya, terbentuk suatu Dataran di tepi sungai. Timbulnya
material yang tidak halus (kasar) terdapat pada tepi sungai. Akibatnya
tepi sungai lebih tinggi dibandingkan dataran banjir yang terbentuk.
Bentang alam itu disebut tanggul alam.
Gambar 04. 28 Terjadinya dataran banjir dan tanggul alam.
2) Pengendapan oleh Air Laut
Batuan hasil pengendapan oleh air laut disebut sedimen marine.
Pengendapan oleh air laut dikarenakan adanya gelombang. Bentang alam
hasil pengendapan oleh air laut, Antara lain pesisir, spit, tombolo, dan
penghalang pantai.
Dataran banjir
Tanggul Alam
29
Pesisir merupakan wilayah pengendapan di sepanjang pantai. Biasanya terdiri
dari material pasir. Ukuran dan komposisi material di pantai sangat berfariasi
tergantung pada perubahan kondisi cuaca, arah angin, dan arus laut.
Arus pantai mengangkut material yang ada di sepanjang pantai. Jika terjadi
perubahan arah, maka arus pantai akan tetap mengangkut material material
ke laut yang dalam. ketika material masuk ke laut yang dalam, terjadi
pengendapan material. Setelah sekian lama, terdapat akumulasi material
yang ada di atas permukaan laut. Akumulasi material itu Disebut spit.
Jika arus pantai terus berlanjut, spit akan semakin panjang. Kadang kadang
spit terbentuk melewati teluk dan membetuk penghalang pantai (barrier
beach).
Perhatikan gambar!
Gambar 04. 29
Terbentuknya spit
Apabila di sekitar spit terdapat pulam, biasanya spit akhirnya tersambung
dengan daratan, sehingga membentuk tombolo.
Perhatikan gambar!
Gambar 04 30
Tombolo
30
3) Pengendapan oleh angin
Sedimen hasil pengendapan oleh angin disebut sedimen aeolis. Bentang
alam hasil pengendapan oleh angin dapat berupa gumuk pasir (sand dune).
Gumuk pantai dapat terjadi di daerah pantai maupun gurun. Gumuk pasir
terjadi bila terjadi akumulasi pasir yang cukup banyak dan tiupan angin yang
kuat. Angin mengangkut dan mengedapkan
Pasir di suatu tempat secara bertahap sehingga terbentuk timbunan pasir
yang disebut gumuk pasir.
Perhatikan gambar!
Gambar 04. 31
Gumuk pasir
4) Pengendapan oleh gletser.
Ssedimen hasil pengendapan oleh gletser disebut sedimen glacial. Bentang
alam hasil Pengendapan oleh gletser adalah bentuk lembah yang semula
berbentuk V menjadi U. Pada saat musim semi tiba, terjadi pengikisan oleh
gletser yang meluncur menuruni lembah. Batuan atau tanah hasil pengikisan
juga menuruni lereng dan mengendap di lemah. Akibatnya, lembah yang
semula berbentuk V menjadi berbentuk U.
C. Dampak Perubahan Lithosfer Terhadap Kehidupan
Perubahan lithosfer yang akan dibahas di sini adalah perubahan yang mengarah
kepada kerusakan di muka bumi yang dinamakan juga sebagai
degradasi.Degradasi di sini artinya penurunan kwalitas maupun perusakan lahan.
Penebangan hutan yang semena - mena penyebab utama degradasi lahan. Selain
itu tidak terkendali dan tidak terencananya penebangan hutan secara baik
merupakan bahaya Ekologis yang paling besar.
Ada beberapa faktor penyebab terjadinya degradasi yaitu:
- Erosi
- Pestisida
- bahan radio aktif
- pupuk kimia
31
- deterjen
- sampah organic (terutama dari derah perkotaan )
- wabah dan penyakit (baik bagi manusia, hewan maupun pertumbuhan) dan
penyebaran organisma yang menyebabkan infeksi,
- limbah industri anorganik (berbentuk gas, cair dan padat.
Dampak erosi yaitu:
Erosi mempunyai beberapa akibat buruk. Penurunan kesuburan tanah. Kedua
menurunnya produksi sehingga akan mengurangi pendapatan petani.Erosi tanah
dapat terjadi karena adanya curah hujan yang tinggi, vegetasi penutup lahan
yang kurang, Kemiringan lereng, dan tata guna lahan yang kurang tepat.
Pendangkalan sungai untuk mengalirkan air juga berkurang dan menyebabkan
bahaya banjir. Pendangkalan saluran pengairan mengakibatkan naiknya ...,
mengurangi luas lahan pertanian yang mendapat aliran irigasi.
Kerusakan sumber daya air selain banjir dan erosi adalah kekeringan dan
pencemaran lingkungan yang disebabkan oleh aktivitas manusia. Kerusakan
sumber daya tanah dan air merupakan masalah yang tidak dapat dipisahkan.
Hal ini karena sebagai sumber daya alam, tanah mempunyai peranan yang sangat
penting Sebagai sumber unsur bagi tumbuhan dan sebagai media akar tumbuhan
berjangkar dan tempat air tanah tersimpan.
Gambar 04.32 Kerusakan hutan
dapat mengakibatkan tanah
longsor.
Masalah tanah dan air merupakan salah satu masalah yang kini menonjol di
Daerah Aliran Sungai DAS, yang diorientasikan kepada segi- segi pemgawetan
tanah dan air dengan titik berat kepada peningkatan kesejahteraan masyarakat
harus dirasakan oleh segenap lapisan masyarakat.
Dampak degradasi lahan terhadap lingkungan
Degradasi lahan dapat terjadi di lingkungan kota maupun pedesaan.
a. Kerusakan Lingkungan Kota
Migrasi penduduk merupakan salah satu mekanisme untuk menjaga agar
kepadatan penduduk tidak melampaui daya dukung lingkungan. Salah satu
migrasi yang banyak terjadi aalah migrasi dari desa ke kotayang disebut
urbanisasi. Proses urbanisasi itu umumnya makin kuat seiring dengan makin
meningkatkan fasilitas suatu kota.
32
Kebiasaan yang membuang sampah di mana dilakukan di kota. Di kota tidak
ada daur ulang sampah padahal pelayanan sanitasi di kata bertambah dan
bahkan menurun. Penurunan fungsi sanitasi dan tidak tersedianya airminum
yang bersih mengakibatkan terjadinya ledakan penyakit kolera secara berkala.
Bentuk kerusakan lingkungan kota yang lain adalah terjadinya banjir, kenaikan
jumlah Penduduk dan kesadaran lingkungan. Hal ini mengakibatkan
permukaan tanah yang kedap terhadap air bertambah. Sehingga sedikit air
hujan yang dapat meresap ke dalam tanah.
Di samping kerusakan sosial budaya, orang desa yang bermigrasi ke kota
banyak yang mempunyai pendidikan yang rendah dan tidak terampil. Oleh
sebab itu, mereka kesukaran mendapatkan pekerjaan yang layak.
b. Kerusakan Lingkungan Desa
Usaha untuk menaikan daya dukung lingkungan dengan menambah luas
lahan yang digunakan untuk pertanian merupakan reaksi terhadap kenaikan
kepadatan penduduk. Reaksi tersebut merupakan kekuatan yang disebut
tekanan penduduk.
Tekanan penduduk terhadap lahan semakin diperbesar oleh bertambah
sempitnya lahan pertanian karena digunakan untuk kepentingan lain, misalnya
permukiman, jalan, dan pabrik. Kerusakan hutan membawa banyak akibat.
Hutan mempunyai fungsi perlindungan terhadap tanah.Tetesan air hujan
dengan energinya memukul permukaan tanah mengakibatkan
mengelupasnya butir-butir tanah. Proses ini disebut dengan erosi percikan
(splash erosion).
LATIHAN
Amatilah lingkungan anda, adakah kerusakan yang terjadi? Bila ada
jelaskan faktor penyebabnya serta apa dampak dari kerusakan
tersebut? Hasil pengamatan di serahkan kepada guru Anda!
Sampai di sini anda telah selesai mempelajari kegiatan 2. Segera kerjakan
tugas 2!
33
TUGAS 2
Jawablah pertanyaan di bawah ini dengan singkat dan jelas!
1. Sebutkan tiga jenis pelapukan!
2. mengapa terjadi lembah?
3. jelasnya syarat terjadinya delta!
4. Kegiatan apakah yang paling banyak menimbulkan degradasi lahan, berikan
alasannya.
5. Sebutkan bentangan alam dampak pengikisan oleh air sungai!
34
35
PENUTUP
Selamat! Anda telah selesai mempelajari seluruh materi pelajaran dalam modul ini.
Untuk memandu kembali ingatan anda terhadap materi pelajaran sebagai persiapan
menghadapi tes akhir modul, pahamilah kesimpulan berikut ini:
1. Lithosfer adalah lapisan kulit bumi yang sangat luar.
2. Bumi terdiri dari lapisan: Barisfer, Lapisaan pengantaran dan Lithosfer
3. Lithosfer terbentuk dari batuan beku, sedimen dan metamorf.
4. Gejala vulkanisme adalah gejala dan peristiwa yang berhubungan dengan naiknya
magma dari perut bumi.
5. Tenaga eksogen adalah tenaga yang berasal dari luar bumi dan bersifat merusak
6. Perusakan bentuk muka bumi oleh tenaga eksogen berupa pelapukan, pengikisan
dan pengendapan.
Sampai di sini Anda telah memahami pelajaran di modul ini!
Bila sudah, segera temui guru anda untuk diadakan tes akhir modul. Ingat ! agar
anda di perbolehkan mempelajari modul berikutnya, nilai tes akhir modul minimal
7,0 (Tujuh koma nol)
36
KUNCI TUGAS
TUGAS 1
1. a. Barisfer
b. Lapisan pengantara
c. Lithosfer
2. Sial adalah lapisan kulit bumi yang tersusun atas logam silisium dan alumunium.
3. a. batuan beku
b. batuan sedimen
c. batuan metamorf
4. Intrusi yaitu peristiwa menyusupnya magma diantara lapisan batu - batuan tetapi
tidak dapat mencapai permukaan bumi.
Ekstrusi magma yaitu peristiwa penyusupan magma hingga keluar permukaan
bumi dan membentuk gunung api.
5. Tektonisme yaitu tenaga yang berasal dari dalam bumi yang menyebabkan
perubahan lapisan permukaan bumi, baik mendatar mapun vertical
TUGAS 2
1. a. pelapukan fisik atau mekanik
b. pelapukan organis
c. pelapukan kimiawi
2. Karena adanya erosi vertical dan erosi ke samping.
Erosi vertical mengikis dasar sungai sehingga sungai makin dalam dan erosi ke
samping menyebabkan sungai makin lebar.
3. a. sedimenyang dibawa oleh sungai harus banyak.
b. Arus pasang di sepanjang pantai harus kuat
c. pantai harus dangkal
4. Penyebabnya penebangan hutan yang semena - mena sebab hutan berfungsi
sebagai penyeimbang ekosistem di muka bumi.
5. a. Lembah
b. jurang
c. Aliran deras
d. Air terjun
37
DAFTAR PUSTAKA
Ahmad yani dkk, Geografi Untuk SMA Kelas 1 Bandung : Grafindo Media
Pratama, 2004
Asep Soedjoko, Geologi Umum 1, Surabaya : UniversityPress IKIP Surabaya,
1977
Ibrahim Gunawan, Tektonik Lempeng, Bandung :Makalah Penataran IPBA
ITB Bandung, 1991
Karta Saputra, Tehnologi Konsewasi Tanah dan Air, Jakarta: PT Bina Aksara,
1985
Marbun MA, Kamus Geografi, Jakarta : Ghalia Indonesia, 1982
Sumadi Sutrijat, Geografi 1, Jakarta : Depdikbud , 1999
Totok Gunawan dkk, Fakta dan Konsep Geografi, Jakarta: Ganexa Exact,
2004
Wardiyatunoko, K. Geografi SMA , Jakarta : Erlangga, 2004
Unsur-unsur geosfer di bumi ini tidak terlepas dari beberapa komponen penting yaitu atmosfer, litosfer, pedosfer, dan hidrosfer. Komponenkomponen tersebut selalu mengalami dinamika perubahan secara terusmenerus dan tidak pernah berhenti. Keempat komponen tersebut secara bersamaan selalu mengalami dinamika perubahan. Dinamika tersebut terjadi pada setiap wilayah di permukaan bumi ini.
Dinamika perubahan keempat komponen geosfer di atas, semua terjadi di Danau Toba. Dinamika perubahan hidrosfer selalu terjadi di perairan danau karena Danau Toba merupakan danau yang mempunyai fungsi hidrologis penting bagi daerah sekitarnya. Dinamika perubahan litosfer juga selalu terjadi, dilihat dari aktivitas kegempaannya, Danau Toba termasuk daerah yang memiliki aktivitas kegempaan yang cukup tinggi, di mana aktivitas kegempaan ini dipengaruhi oleh patahan besar Sumatra. Jumlah kejadian gempa daerah Danau Toba setiap tahun umumnya berkisar 100 kejadian.
Danau Toba merupakan danau vulkano tektonis akibat proses tanah terban (subsidence) yang terjadi karena bagian dalamnya berupa magma naik ke permukaan melalui celah tektonik membentuk gunung api. Ruang yang ditinggalkan oleh magma membentuk rongga di dalam kerak bumi dan kemudian beban di permukaan mengalami terban yang terpotong menjadi beberapa bagian. Bagian yang cukup besar berada di bagian tengah dengan posisi miring ke arah barat berupa Pulau Samosir dan bagian lain yang posisinya lebih rendah selanjutnya tergenang air membentuk danau. Erupsi magma di bagian barat yang muncul ke permukaan membentuk Gunung api Pusukbuhit, sedangkan di sekeliling bagian yang terban terbentuk dinding terjal atau Kawah Rim, secara lengkap dapat dilihat pada Gambar 3.1.
Fenomena di atas menunjukkan terjadinya dinamika perubahan baik litosfer, pedosfer, maupun biosfer di atasnya. Dinamika perubahan atmosfer juga selalu terjadi pada atmosfer Danau Toba termasuk ke dalam Tipe E2 menurut klasifikasi Oldeman, dan berdasarkan Schmidt dan Fergusson termasuk Tipe A. Curah hujan tahunan mencapai lebih kurang 2.000 mm, suhu udara berkisar antara 16,5º C hingga 29º C, kelembapan udara rata-rata berkisar 85%, arah angin dominan dari arah tenggara hingga selatan dengan kecepatan rata-rata 3 knots.
Kawasan Danau Toba mengalami dua puncak musim hujan sepanjang tahun di mana puncak hujan pertama terjadi pada bulan April dan puncak kedua pada bulan November. Fenomena di atas menunjukkan bahwa kondisi umum Danau Toba sangat dipengaruhi oleh komponen-komponen penting yang setiap saat mengalami dinamika perubahan. (Sumber: Masturyono, BMG)
A. Dinamika Perubahan Litosfer dan Pedosfer serta Dampaknya terhadap Kehidupan di Muka Bumi
1. Dinamika Perubahan Litosfer dan Dampaknya terhadap Kehidupan di Muka Bumi
a. Struktur Lapisan Kulit Bumi (Litosfer) dan Pemanfaatannya
1) Pengertian Litosfer
Litosfer merupakan lapisan kulit, berasal dari kata litos yang artinya batu, sfeer atau sphaira, yang berarti bulatan, sehingga litosfer dapat dikatakan sebagai lapisan batuan atau kulit bumi yang mengikuti bentuk bumi yang bulat. Inti dalam mempunyai jari-jari lebih kurang 1.300 km.
Kulit bumi mempunyai ketebalan yang tidak merata antara kulit bumi bagian dataran dan bagian bawah samudra, di mana kulit bumi di bagian benua atau dataran lebih tebal daripada di bawah samudra. Bumi terdiri atas lapisan-lapisan. Lapisan-lapisan tersebut sebagai berikut.
a) Barisfer, terdiri atas bahan padat yang terbentuk dari lapisan nife (niccolum = nikel dan ferrum = besi) dengan jari-jari ±3.470 km dan batas luar lebih kurang 2.900 km di bawah permukaan bumi. Lapisan ini merupakan lapisan inti bumi, sehingga litosfer dapat dikatakan sebagai lapisan batuan atau kulit bumi yang mengikuti bentuk bumi yang bulat.
b) Lapisan pengantara (asthenosfer/mantle) adalah bahan cair yang bersuhu tinggi dan pijar. Lapisan pengantara (asthernosfer/mantle) ini merupakan lapisan yang terdapat tepat di atas lapisan nife dan mempunyai ketebalan lebih kurang 1.700 km, berat jenisnya rata-rata 5 gr/cm3.
c) Litosfer, merupakan lapisan yang terdapat di atas lapisan pengantara, mempunyai ketebalan kurang lebih 1.200 km, dengan berat jenis rata-rata 2,8 gr/cm3. Dua bagian penyusun litosfer (kulit bumi) sebagai berikut.
(1) Lapisan Sial, mempunyai ketebalan rata-rata ± 35 km, merupakan lapisan kulit bumi yang terbentuk dari logam silisium dan aluminium, dengan senyawanya yang berbentuk SiO2 dan Al2O3. Selain itu, lapisan ini juga mengandung jenis-jenis batuan metamorf, batuan sedimen, granit, andesit, dan batuan lain yang terdapat di daratan benua. Karena sifatnya yang padat dan kaku, lapisan sial disebut juga lapisan kerak. Lapisan kerak ini terdiri atas dua bagian, yaitu kerak samudra dan kerak benua.
(a) Kerak samudra, kerak yang terdapat di samudra ini adalah benda padat yang terbentuk dari endapan di dasar laut bagian atas, yang bagian bawahnya terdapat batuan-batuan vulkanik. Lapisan paling bawahnya tersusun dari batuan beku gabrodan peridotit.
(b) Kerak benua, merupakan benda padat yang terdiri dari batuan beku granit pada bagian atasnya dan batuan beku basalt pada bagian bawahnya. Kerak ini yang menempati sebagaibenua.
(2) Lapisan Sima, adalah bahan yang bersifat elastis dengan ketebalan lebih kurang 65 km. Lapisan ini tersusun oleh logam-logam silisium dan magnesium dalam bentuk senyawa SiO2 dan MgO. Lapisan sial mempunyai berat jenis yang lebih kecil daripada lapisan Sima. Hal ini disebabkan lapisan Sima mengandung besi dan magnesium, yang mengandung mineral feromagnesium dan batuan basalt.
Kulit bumi mengandung berbagai macam batuan, yang dikelompokkan dalam tiga golongan, yaitu batuan beku, batuan sedimen, dan metamorf.
1. Batuan Beku
Batuan beku merupakan batuan yang terbentuk dari magma pijar yang membeku dan menjadi padat karena proses pendinginan. Berdasarkan tempat terjadinya pendinginan, batuan beku dapat dikelompokkan menjadi tiga, sebagai berikut.
a. Batuan tubir/batu beku dalam
Batuan tubir hanya terdiri dari kristal, terbentuk jauh di dalam kulit bumi. Bongkahan kristal yang besarbesar terjadi karena proses pendinginan yang berjalan lambat. Contoh batuan ini adalah granit.
b. Batuan leleran/batu beku luar
Pembekuan batuan ini terjadi di luar kulit bumi sehingga penurunan temperatur terjadi sangat cepat. Pada pembentukannya kadang-kadang magma sama sekali tidak menghasilkan kristal, tetapi ada juga yang membentuk kristal-kristal kecil, sehingga batuan leleran dapat berupa kristal kecil, kristal besar, dan bahan amorf seperti liparit. Namun, ada juga yang berupa bahan amorf saja seperti batu apung.
c. Batuan korok/batu beku gang
Batuan korok merupakan batuan yang terbentuk di dalam korok-korok atau gang-gang. Proses pendinginan berlangsung lebih cepat karena berada di dekat permukaan, sehingga batuan ini dapat berupa kristal kecil dan kristal besar, tetapi juga ada yang tidak mengkristal, seperti bahan amorf. Contohnya: granit fosfir.
2. Batuan Sedimen (Batuan Endapan)
Pelapukan yang dialami oleh batuan beku menyebabkan struktur batuan yang mudah lepas. Bagian yang lepas akan mudah terbawa air, angin, atau es. Bagian yang terangkut ini akan terendap di suatu tempat. Bagian batuan yang mengendap ini lama-kelamaan akan menumpuk dan mengeras membentuk batuan sedimen. Pengerasan batuan ini disebut dengan pembaruan.
Jika ditinjau dari tempat terjadinya pengendapan, batuan sedimen dapat dibedakan menjadi tiga kelompok, sebagai berikut.
a. Batuan sedimen kontinental, merupakan batuan sedimen yang pengendapannya terjadi di laut, misalnya, tanah los dan tanah gurun pasir.
b. Batuan sedimen marine, merupakan batuan sedimen yang pengendapannya terjadi di laut, misalnya, endapan radiolaria di laut dalam, lumpur biru di pantai, dan lumpur merah.
c. Batuan sedimen lakustre, merupakan batuan sedimen yang pengendapannya terjadi di danau, misalnya, tuf danau dan tanah liat danau.
Ditinjau dari perantara atau mediumnya, batuan sedimen dapat dibagi menjadi tiga golongan.
a. Batuan sedimen aquatis (aqua = air)
1) batu pasir,
2) konglomerat, merupakan batuan sedimen yang berbentuk batubatu bulat yang berdekatan satu sama lain, dan
3) breksi, merupakan batuan sedimen yang bersudut-sudut tajam yang berekatan satu sama lain.
b. Batuan sedimen glasial, merupakan batuan sedimen yang terbentuk karena lapukan batuan beku yang diangkut oleh es, contohnya: moraine.
c. Batuan sedimen aeris atau aeclis, merupakan batuan sedimen yang terbentuk karena lapukan batuan beku yang diangkut oleh angin. Contohnya: tanah pasir di gurun, tanah tuf, dan tanah los.
3. Batuan Metamorf
Batuan metomorf dapat berasal dari batuan beku atau batuan sedimen yang telah mengalami perubahan. Perubahan dapat disebabkan oleh berbagai macam hal, antara lain, sebagai berikut.
a. Tekanan tinggi
Adanya endapan yang tebal yang terdapat di bagian atasnya mengakibatkan tekanan yang tinggi pada batuan. Misalnya: batu pasir daripasir.
b. Suhu tinggi
Suhu tinggi berasal dari magma. Batuan ini berdekatan dengan dapur magma sehingga metamorfosis ini disebut metamorfosis kontak. Misalnya: antrasit dari batu bara dan manner dari batu kapur.
c. Tekanan dan suhu tinggi
Pada waktu proses pembentukan pegunungan terjadi tekanan dan suhu tinggi karena peristiwa pelipatan dan pergeseran. Proses dan perubahan ini disebut metamorfosis dinamo. Contohnya: batu chist dan shale.
b. Macam-Macam Bentuk Muka Bumi sebagai Akibat Proses Vulkanisme, Gempa Bumi, dan Diatropisme
1) Tenaga yang Mengubah Bentuk Permukaan Bumi
Tenaga yang mengubah bentuk permukaan bumi terdiri atas tenagaendogen dan eksogen.
a) Tenaga endogen, adalah tenaga yang berasal dari dalam bumi. Bentukrelief di permukaan bumi dapat dibentuk dari tenaga ini. Tenaga endogen meliputi tektonik dan vulkanik.
b) Tenaga eksogen, adalah tenaga yang berasal dari luar bumi, bersifat merusak bentuk-bentuk permukaan bumi. Tenaga eksogen meliputi pelapukan (weathering) dan erosi (pengikisan). Tenaga endogen dan eksogen sangat berpengaruh terhadap bentuk muka bumi.
2) Gejala Vulkanisme
Peristiwa yang berhubungan dengan naiknya magma dari dalam perut bumi disebut dengan vulkanisme. Campuran bebatuan dalam keadaan cair, liat, serta sangat panas disebut dengan magma. Tingginya suhu magma dan banyaknya gas di dalam magma menimbulkan aktivitas magma. Magma itu dapat berupa gas, padat, dan cair. Gunung api merupakan tempat di permukaan bumi yang pernah atau masih mengeluarkan magma. Ditinjau dari bentuk dan proses terjadinya,gunung berapi dapat dibedakan menjadi tiga, sebagai berikut.
a) Gunung api kerucut (strato)
Jenis gunung api yang banyak terdapat di Indonesia ini berbentukmenyerupai kerucut, terbentuk dari adanya letusan dan lelehan (efusi), yang terjadi secara bergantian. Gunung ini disebut lava gunung apistrato karena bahannya berlapis-lapis.
b) Gunung api corong (maar)
Bentuk gunung api ini menyerupai danau kecil (danau lava gas kawah). Keadaan ini terbentuk karena letusan lava padat (eksplosi). Bahannyaterdiri dari efflata. Kondisi ini seperti yang terjadi di lereng Gunung Lamongan Jawa Timur, Danau Eifel di Prancis, dan di dataran tinggi Prancis Tengah.
c) Gunung api perisai (tameng)
Gunung api perisai ini berbentuk menyerupai perisai, terjadi pada permukaan lereng yang landai dengan kemiringan lereng antara 1°–10°. Gunung api ini terbentuk karena lelehan maupun cairan yang keluar dan membentuk lereng yang sangat landai. Bahan lavanya bersifat cair sekali. Misalnya: Gunung Mauna Loa dan Gunung Mauna Kea di Hawaii.
Tekanan gas, luasnya sumber/dapur magma, kedalaman dapur magma, dan sifat magma (cair/kental) sangat berpengaruh terhadap kuat atau lemahnya gunung api. Bagian-bagian luar gunung api dapat kita lihat dengan mata kepala. Bagian-bagian itu adalah kaldera, dan bagian yang berada di dalamnya.
a) Kaldera, merupakan bagian kawah kepundan yang sangat besar, luas, dan bertebing curam. Kaldera terbentuk karena sebagian dari puncakgunung api itu gugur atau terbang bersama material gunung api ketikagunung api tersebut meletus dengan dahsyat, seperti yang terjadi pada Kaldera Gunung Krakatau dengan luas 7 km dan Kaldera Gunung Tengger dengan luas 8 km.
b) Batolit, merupakan magma yang menembus lapisan-lapisan batuan dan terjadi pembekuan di tengah jalan.
c) Sill, merupakan magma yang masuk dan berada di antara dua lapisan bahan sedimen dan membeku (intrusi datar).
d) Lakolit, merupakan magma yang masuk dan berada di antara batuan sedimen yang menyebabkan terjadinya tekanan ke atas sampai bagian atas cembung dan bagian bawah datar.
Ditinjau dari aktivitasnya, gunung api dapat dibedakan menjadi tiga golongan berikut.
a) Gunung aktif, merupakan gunung api yang masih beraktivitas, mengeluarkan asap pada kawahnya, menimbulkan gempa dan letusan, seperti Gunung Merapi dan Gunung Stromboli.
b. Gunung istirahat, merupakan gunung api yang sedang istirahat tetapi sewaktu-waktu dapat meletus dan kemudian istirahat kembali, seperti Gunung Ciremai.
c. Gunung mati, merupakan gunung api yang sejak tahun 1600 sudah tidak meletus lagi, misalnya, Gunung Patuha dan Gunung Sumbing.
Berbagai Macam Bahan yang Dikeluarkan oleh Tenaga Vulkanisme
a. Benda Cair
Benda cair terdiri atas berikut.
(1) Lava, adalah magma yang telah keluar.
(2) Lahar panas, merupakan campuran magma dan air, berupa lumpur panas mengalir.
(3) Lahar dingin, terdiri dari batu, pasir, dan debu di puncak gunung.
Jika hujan lebat, air hujan itu akan bercampur dengan debu dan pasir yang merupakan bubur kental. Lahar dingin ini akan mengalir ke bawah melalui lereng dan jurang-jurang dengan derasnya sehingga dapat menyapu bersih semua yang dilaluinya. Derasnya lahar dingin yang tidak terbendung akan mengakibatkan tertutupnya sawah-sawah, terbendungnya sungai-sungai dan saluran-saluran air. Kondisi ini akan dapat menimbulkan banjir lahar dingin yang didominasi pasir.
b. Efflata (bahan padat)
Berdasarkan asalnya, efflata dapat dikelompokkan menjadi dua, yaitu efflata antogen/pyrodastic atau effata yang berasal dari magma sendiri dan efflata allogen atau efflata yang berasal dari bebatuan yang berada di sekitar pipa kawah yang ikut terlempar. Menurut ukurannya, efflata dapat dibedakan atas bom (batu besar-besar), lapili (batu sebesar kacang/kerikil), pasir, debu, dan batu apung (batu yang penuh pori udara).
c. Bahan gas (ekshalasi)
Bahan gas terdiri atas:
(1) solftar, yaitu gas (H2S) yang keluar dari lubang;
(2) fumarol, yaitu tempat yang mengeluarkan uap air;
(3) mofet, yaitu tempat yang mengeluarkan CO2 seperti Pegunungan Dieng dan Gunung Tangkuban Perahu.
Selain beberapa bahaya yang disebabkan oleh letusan gunung api, ada juga keuntungan atau manfaat yang dapat dirasakan oleh makhluk hidup, antara lain:
(1) adanya pelapukan abu yang mengandung garam-garam dan mineral yang dibutuhkan oleh tubuh dapat meningkatkan kesuburan tanah sehingga tanah di sekitar gunung berapi menjadi tanah yang subur;
(2) menjadi daerah tangkapan hujan atau mendatangkan hujan;
(3) semburan vulkanik dapat memperluas daerah pertanian;
d. meningkatnya jenis tanaman budi daya (tanaman perkebunan) karena adanya bermacam-macam zona tumbuh-tumbuhan;
e. menjadikan letak mineral (tambang) dekat dengan permukaan tanah;
f. udara yang masih segar dan sangat sejuk dapat dijadikan tempat pariwisata dan sanatorium.
Peristiwa Post Vulkanis
Peristiwa yang terdapat pada gunung berapi yang sudah mati atau yang telah meletus sering disebut dengan peristiwa post vulkanis. Peristiwa ini, antara lain, sebagai berikut.
a) Makdani
Makdani merupakan sumber mata air mineral yang biasanya panas dan dapat dimanfaatkan untuk pengobatan khususnya penyakit kulit.
b) Geyser
Geyser merupakan mata air yang memancarkan air panas secara periodik setiap jam, satu hari, atau satu minggu. Tinggi pancarannya dapat mencapai 10 sampai 100 meter. Contoh: di Selandia Baru, Pulau Islandia, dan Yellowstone National Park (Amerika).
c) Fumarol
Fumarol adalah sumber gas yang dapat merupakan:
(1) mofet, adalah sumber gas asam arang (CO2), contohnya: Gunung Tangkuban Perahu;
(2) sumber uap air, contohnya: fumarol gunung-gunung yang terdapat di Italia dan Islandia;
(3) solfatar, adalah sumber gas belerang (H2S), contohnya: Gunung Papandayan, Kawah Manuk, dan Gunung Welirang.
3) Gempa Bumi
Getaran permukaan bumi yang disebabkan oleh kekuatan-kekuatan dari dalam disebut dengan gempa bumi. Dilihat dari intensitasnya, terdapat dua macam gempa, yaitu:
(1) makroseisme, merupakan gempa yang intensitasnya besar dan dapat dirasakan tanpa menggunakan alat;
(2) mikroseisme, merupakan gempa yang intensitasnya kecil sekali dan hanya dapat diketahui dengan menggunakan alat perekam.
Berbagai hal mengenai gempa bumi ini perlu kita teliti lebih lanjut supaya kita dapat mengurangi akibat yang ditimbulkannya. Tindakan itu dapat dilakukan dengan adanya peramalan tentang terjadinya dan upayapenanggulangannya. Ilmu yang mempelajari gempa bumi, gelombanggelombangseismik, serta perambatannya disebut seismologi, sedangkan alat untuk mencatat gempa adalah seismograf. Ada dua macam seismograf, yaitu:
(1) seismograf vertikal, yaitu seismograf yang mencatat getaran bumi pada arah vertikal;
(2) seismograf horizontal, yaitu seismograf yang mencatat getaran bumi pada arah horizontal.
Besaran (magnitudo) gempa yang didasarkan pada amplitudo gelombang tektonik dicatat oleh sismograf dengan menggunakan skala Richter. Massa yang bebas dari getaran gempa yang disebut massa stasioner.
4) Diatropisme/Tektonisme/Tektogenesa
Perubahan letak lapisan bumi secara mendatar atau vertikal disebut tektonisme. Bentuk hasil tenaga tektonisme umumnya berupa lipatan dan patahan. Semua gerak naik dan turun yang menyebabkan perubahan bentuk kulit bumi disebut dengan gerak tektonik. Gerak ini terbagi menjadi gerak epirogenetik dan gerak orogenetik.
a) Gerak epirogenetik merupakan gerak atau pergeseran lapisan kulit bumi yang sangat lambat, berlangsung dalam waktu yang lama, dan meliputi daerah yang luas. Ada dua macam gerak epirogenetik.
(1) Epirogenetik positif, yaitu gerak turunnya daratan sehingga terlihat seakan permukaan air laut naik. Keadaan ini akan jelas terlihat jika kita berada di tepi pantai.
Contoh:
1. Turunnya pulau-pulau di Indonesia bagian timur (Kepulauan Maluku dan pulau-pulau barat daya sampai ke Pulau Banda).
2. Turunnya muara Sungai Hudson di Amerika yang dapat dilihat sampai kedalaman ± 1.700 meter.
3. Turunnya lembah Sungai Kongo sampai dengan 2.000 meter di bawah permukaan laut.
(2) Epirogenetik negatif, merupakan gerak naiknya daratan sehingga terlihat seakan permukaan air laut turun.
Contoh:
1. Naiknya Pulau Timor dan Pulau Buton.
2. Naiknya dataran tinggi Colorado di Amerika.
b) Gerak orogenetik, merupakan gerakan pembentuk pegunungan, relatif lebih cepat daripada gerak epirogenetik. Gerakan ini menyebabkan tekanan horizontal dan vertikal di kulit bumi, yang menyebabkan peristiwa dislokasi atau berpindah-pindahnya letak lapisan kulit bumi.
Peristiwa ini dapat menimbulkan lipatan dan patahan.
(1) Lipatan (kerutan)
Adanya gerakan tekanan horizontal yang berakibat berkerut dan melipatnya kulit bumi, selain itu juga dapat menyebabkan terbentuknya pegunungan di relief muka bumi. Contoh: pegunungan-pegunungan tua, seperti Pegunungan Ural dan Allegani. Lipatan ini terjadi pada zaman primer; pegunungan muda, seperti rangkaian Sirkum Mediterania dan Sirkum Pasifik yang terjadi pada zaman tersier. Rangkaian Pegunungan Mediterania dimulai dari Pegunungan Atlas, Alpen, Balkan, Asia Muka, Himalaya, Hindia Belakang, Sumatra, Jawa, Nusa Tenggara, sampai Maluku, sedangkan Sirkum Pasifik memanjang dari pantai Pasifik Amerika, Jepang, Filipina, Papua, Australia, sampai Selandia Baru. Lipatan dibagi atas tiga lipatan yaitu: lipatan tegak, lipatan condong, dan lipatan rebah. Punggung-punggung lipatan disebut antiklinal dan lembah lipatan disebut sinklinal.
(2) Patahan (retakan)
Gerakan tekanan horizontal dan vertikal menyebabkan retak atau patahnya lapisan kulit bumi. Misalnya: tanah turun (slenk), tanah naik (horst), dan tanah bungkuk (fleksur).
BENTUK DAN TIPE LETUSAN GUNUNG API
1. Tipe-Tipe gunungapi
Berdasarkan bahan lepas yang dihasilkan
- Gunungapi lava/gunungapi tameng (shield volcano) yang menghasilkan lava basalan.Gunungapi tameng dibentuk oleh lava yang sangat cair dari lava basalan atau andesitan.Ada dua tipe jenis gunungapi tameng,yaitu tipe Hawaii dan tipe Iceland yang dibedakan berdasarkan skala dan jalur retakan yang ada:
b) Tipe Iceland : Dicirikan dengan lavanya yang keluar dari kawah utama dan mempunyai skala yang lebih kecil dari tipe Hawaii.contoh : Izu peninsula (Iceland),Hakone (jepang), dan fase pertama gunung Tambora (Sumbawa)
- Gunungapi piroklastik,merupakan gunungapi yang dibentuk oleh bahan lepasgunungapi piroklastik.Contoh gunung Lamongan,Gunung Tambora (Sumbawa)
- Gunungapi gas yaitu gunungapi yang terjadi karena kegiatan magmatik umumnya membentuk mar yaitu suatu lekukan yang disebabkan oleh letusan tunggal yang bersifat meledak,dikelilingi oleh kawah berbentuk cincin dan umumnya terisi air.contoh : kaki uatar pegunungan tengger (jawa timur), Iwo Jima (Jepang).
- Bentuk kerucut, umumnya dijumpai pada gunungapi berlapis.Bentuk kerucut ini dapat dibangun oleh bahan lepas gunungapi.Onggokan batuapung akan membentuk kerucut batuapung.
- Bentuk kubah,biasanya dijumpai pada gunungapi lava.Kubah lava merupakan bentukan dari leleran lava kental yang keluar melalui celah dan dibatasi oleh sisi curam di sekelilingnya.Bentuk-bentuk kubah sangat dipengaruhi oleh viskositas lava.Contoh : disepanjang sesar lampung
- Bentuk maar yaitu pada gunungapi gas.
- Bentuk datar tinggi dijumpai pada gungapi lava,berupa datartinggi yang relatif menonjol pada daerah sekitarnya yang tersusun oleh lava tebal dan umumnya bersifat basalan sehingga disebut juga dengan basal tinggi.Tapi ada juga yang dikenal dengan datar tinggi bahan lepas gunungapi,yang tersusun oleh endapan batuapung dan abu yang diletuskan dari celah dan mempunyai struktur kaldera atau lekuk ambrukan.Contoh : daerah disekitar danau Toba (Sumatera Utara).
- Bentuk barangko (barronco), yaitu alur-alur pada tubuh gunungapi yang kasar dan tak teratur yang disebabkan oleh erosi dan sesar
- Cinder Cones, merupakan tipe gunungapi yang sederhana yang terbentuk oleh partikel dan lava yang dikeluarkan oleh vent tunggal.Karena tekanan gas, lava tersembur keras ke udara dan pecah menjadi fragmen kecil yang padat sehingga jatuh sebagai cinder di sekitar vent yang kemudian membentuk melingkar atau cone yang oval.Sebagian cinder cone mempunyai kawah berbentuk mangkok dan jarang muncul lebih dari seratus kaki atau di bawah lingkungannya, cinder core ini kebanyakan terdapat di Amerika Utara bagian barat sebagai bagian dari terrain vulkanik dunia.
Cinder cones
- Composite Volcanoes, kadang-kadang dinamakan stratovolcanoes,biasanya saaling bersisisan,berbentuk kerucut simetris yang besar sengan lapisan berasal daria aliran lava,debu vulkanik,cinder,block dan bomb yang dimungkinkan muncul di sekitar 8000 kaki di atas pusatnya.Contoh composite volcano adalah gunung fuji di Jepang,Gn st Helens,Gunung Merapi,Gunung Agung.Gunung Rinjani. Pada puncak composite volcano kebanyakan terdapat kawah yang berisikan vent utama atau kumpulannya.lava yang mengalir memecah dinding kawah atau melalui sisi cone.Bagian terpenting dari composite volcano adalah sebuah sistem conduit (saluran), dimana magma dari reservoir di bawah kerak bumi meningkat ke permukaan volcano dibangunoleh ekumulasi material yang tererupsi melalui conduit dengan meningkatnya ukuran lava,cinder,debu serta yang lainnya, yang menambah kemiringan volcano. Apabila composite volcano sedang tidak aktif, erosi atau pengikisan terjadi pada cone.Magma yang telah keras/beku mengisi saluran (sumbat vulkanik) mengikuti jalur pada cone,dan rekahan (dikes) membuka dimana prosesnya akan berkurang perlahan-lahan oleh adanya erosi.Sampai akhirnya, dari proses lengkapnya hanya tersisa plug dan dike di bawah permukaan tanah, tinggal volcano dengan kenampakan bagian yang hilang.
Composite volcano
- Shield Volcano, merupakan tipe gunungapi yang terbentuk kebanyakan dari aliran lava cair, aliran setelah tertuang ke segala arah dari vent pusat atau kumpulan vent, yang meluas,menumpahkan vent dari daratan,domical shape, dengan profil dengan tameng prajurit.Aliran tsb terbentuk secara perlahan dengan akresi ribuan lava cair yang disebut lava basalt, yang melebar seiring bertambahnya jarak.lava juga biasanya bererupsi dari vent selama retakan yang berkembang di pinggir cone.
Shield volcano
- Lava Domes, tipe ini terbentuk relative kecil, berbentuk seperti umbi lava, konsekuensinya, timbunan lava yang berasal dari sekitar vent.Sebuah dome (kubah) tumbuh besar dengan ekspansi dari dalam.ketika tumbuh, permukaan luarnya dingin dan keras,kemudian hancur, menumpahkan fragmen di sis-sisinya. Beberapa dome berbentuk tonjolan karang atau spine yang bentuk lainnya pendek,aliran lava bersisisan (steep side).Volcanic dome biasanya berada dalam kawah atau pada sisi composite volcano.
Lava dome
3. Struktur Gunungapi
- Main Vent
- Lava Flow
Struktur gunungapi
- Strata lava dan Abu
- Secondary Cone
- Magma chamber
- Fumarole
- Crater
4. Letusan Gunungapi
Tipe-tipe letusan Gunungapi
- Tipe strombolian Contoh pada gunungapi Irazu di Costa Rica tahun 1965. Material halus dari lava cair menyembur dari kawah membentuk suatu gugusan cahaya di langit.terkumpul di cekungan gunung, lava cair tsb kemudian meluncur ke bawah membentuk suatu aliran yang berapi.
- Tipe VesuvianTipe letusan vesuvian disesuaikan dengan letusan gunung Vesuvius di Italia pada tahun 79 Bc, abu seta gas pada kuantitas yang sangat besar keluar pada saat letusan kemudian terdapat awan yang berbentuk kembang kol melambung tinggi diatas gunungapi tersebut.
letusan gunung Vesuvius
- Tipe Peelean
Letusan Gunung Peele
- Tipe Erupsi hawaii
Mauna Loa
- Tipe erupsi Phreatik
Gunungapi Taal
- Tipe Erupsi Plinian
Gunung St Helens
Tipe – tipe letusan Gunungapi menurut Escher, berdasarkan tekanan gas, derajat kecairan magma dan kedalaman dapur magma :
1.Tipe Hawaii, ciri-cirinya : lava cair, dapur magma yang dangkal, tekanan gas rendah. Contoh : gunungapi perisai di Hawaii, yaitu Kilaueaa dan Maunaloa
2.Tipe stromboli, ciri-cirinya : lava cair, dapur magma dangkal tapi lebih dalam dari tipe Hawaii, tekanan gas sedang.
3.Tipe Volcano, ciri-cirinya : lava agak cair, terbentuk awan debu berbentuk bunga kol, tekanan gas sedang. Contoh : Gunung Raung dan Vesuvius.
4.Tipe Merapi, ciri-cirinya : lava agak kental, dapur magma agak dangkal, tekanan gas rendah, terdapat sumbat lava dan kubah lava.
Gunung Merapi
5.Tipe Peele, ciri-cirinya : viskositas lava hampir sama dengan tipe merapi, tekanan gasnya cukup besar, peletusan mendatar, Contoh : Gunung Peele
6.Tipe Vincent, ciri-cirinya : lava agak kental, tekanan gas sedang, kawahnya terdapat danau. Contoh : gunung kelud.
7.Tipe Perret, ciri-cirinya : tekanan gas sangat kuat, lava encer, penyebab kaldera. Contoh : gunung krakatau.
Mengenal Gunung Berapi
APA ITU GUNUNGAPI?
“mungkin teman-teman sudah banyak yang tahu mengenai gunung api, tapi tidak ada salahnya kali ini sedikit mengulas tentang apa itu gunung api “
Gunungapi adalah lubang kepundan atau rekahan dalam kerak bumi tempat keluarnya cairan magma atau gas atau cairan lainnya ke permukaan bumi. Matrial yang dierupsikan ke permukaan bumi umumnya membentuk kerucut terpancung.
Gunungapi diklasifikasikan ke dalam dua sumber erupsi, yaitu (1) erupsi pusat, erupsi keluar melalui kawah utama; dan (2) erupsi samping, erupsi keluar dari lereng tubuhnya; (3) erupsi celah, erupsi yang muncul pada retakan/sesar dapat memanjang sampai beberapa kilometer; (4) erupsi eksentrik, erupsi samping tetapi magma yang keluar bukan dari kepundan pusat yang menyimpang ke samping melainkan langsung dari dapur magma melalui kepundan tersendiri.
Berdasarkan tinggi rendahnya derajat fragmentasi dan luasnya, juga kuat lemahnya letusan serta tinggi tiang asap, maka gunungapi dibagi menjadi beberapa tipe erupsi: (1) Tipe Hawaiian, yaitu erupsi eksplosif dari magma basaltic atau mendekati basalt, umumnya berupa semburan lava pijar, dan sering diikuti leleran lava secara simultan, terjadi pada celah atau kepundan sederhana; (2) Tipe Strombolian, erupsinya hampir sama dengan Hawaiian berupa semburan lava pijar dari magma yang dangkal, umumnya terjadi pada gunungapi sering aktif di tepi benua atau di tengah benua; (3) Tipe Plinian, merupakan erupsi yang sangat ekslposif dari magma berviskositas tinggi atau magma asam, komposisi magma bersifat andesitik sampai riolitik.
Material yang dierupsikan berupa batuapung dalam jumlah besar; (4) Tipe Sub Plinian, erupsi eksplosif dari magma asam/riolitik dari gunungapi strato, tahap erupsi efusifnya menghasilkan kubah lava riolitik. Erupsi subplinian dapat menghasilkan pembentukan ignimbrit; (5) Tipe Ultra Plinian, erupsi sangat eksplosif menghasilkan endapan batuapung lebih banyak dan luas dari Plinian biasa; (6) Tipe Vulkanian, erupsi magmatis berkomposisi andesit basaltic sampai dasit, umumnya melontarkan bom-bom vulkanik atau bongkahan di sekitar kawah dan sering disertai bom kerak-roti atau permukaannya retak-retak. Material yang dierupsikan tidak melulu berasal dari magma tetapi bercampur dengan batuan samping berupa litik; (7) Tipe Surtseyan dan Tipe Freatoplinian, kedua tipe tersebut merupakan erupsi yang terjadi pada pulau gunungapi, gunungapi bawah laut atau gunungapi yang berdanau kawah. Surtseyan merupakan erupsi interaksi antara magma basaltic dengan air permukaan atau bawah permukaan, letusannya disebut freatomagmatik. Freatoplinian kejadiannya sama dengan Surtseyan, tetapi magma yang berinteraksi dengan air berkomposisi riolitik.
Bentuk dan bentang alam gunungapi, terdiri atas : bentuk kerucut, dibentuk oleh endapan piroklastik atau lava atau keduanya; bentuk kubah, dibentuk oleh terobosan lava di kawah, membentuk seperti kubah; kerucut sinder, dibentuk oleh perlapisan material sinder atau skoria; maar, biasanya terbentuk pada lereng atau kaki gunungapi utama akibat letusan freatik atau freatomagmatik; plateau, dataran tinggi yang dibentuk oleh pelamparan leleran lava.
Penampang suatu gunungapi dan bagian-bagiannya.(Modifikasi dari Krafft, 1989)
Struktur gunungapi, terdiri atas : (1) struktur kawah adalah bentuk morfologi negatif atau depresi akibat kegiatan suatu gunungapi, bentuknya relatif bundar; (2) kaldera, bentuk morfologinya seperti kawah tetapi garis tengahnya lebih dari 2 km. Kaldera terdiri atas : kaldera letusan, terjadi akibat letusan besar yang melontarkan sebagian besar tubuhnya; kaldera runtuhan, terjadi karena runtuhnya sebagian tubuh gunungapi akibat pengeluaran material yang sangat banyak dari dapur magma; kaldera resurgent, terjadi akibat runtuhnya sebagian tubuh gunungapi diikuti dengan runtuhnya blok bagian tengah; kaldera erosi, terjadi akibat erosi terus menerus pada dinding kawah sehingga melebar menjadi kaldera; (3) rekahan dan graben, retaka-retakan atau patahan pada tubuh gunungapi yang memanjang mencapai puluhan kilometer dan dalamnya ribuan meter. Rekahan parallel yang mengakibatkan amblasnya blok di antara
rekahan disebut graben; (4) depresi volkano-tektonik, pembentukannya ditandai dengan deretan pegunungan yang berasosiasi dengan pemebentukan gunungapi akibat ekspansi volume besar magma asam ke permukaan yang berasal dari kerak bumi. Depresi ini dapat mencapai ukuran puluhan kilometer dengan kedalaman ribuan meter.
Vulkanisme
Semua gejala di dalam bumi sebagai akibat adanya aktivitas magma disebut vulkanisme. Gerakan magma itu terjadi karena magma mengandung gas yang merupakan sumber tenaga magma untuk menekan batuan yang ada di sekitarnya.
Semua gejala di dalam bumi sebagai akibat adanya aktivitas magma disebut vulkanisme. Gerakan magma itu terjadi karena magma mengandung gas yang merupakan sumber tenaga magma untuk menekan batuan yang ada di sekitarnya.
Lalu apa yang disebut magma? Magma adalah batuan cair pijar bertemperatur tinggi yang terdapat di dalam kulit bumi, terjadi dari berbagai mineral dan gas yang terlarut di dalamnya. Magma terjadi akibat adanya tekanan di dalam bumi yang amat besar, walaupun suhunya cukup tinggi, tetapi batuan tetap padat. Jika terjadi pengurangan tekanan, misalnya adanya retakan, tekanannya pun akan menurun sehingga batuan tadi menjadi cair pijar atau disebut magma.
Magma bisa bergerak ke segala arah, bahkan bisa sampai ke permukaan bumi. Jika gerakan magma tetap di bawah permukaan bumi disebut intrusi magma. Sedangkan magma yang bergerak dan mencapai ke permukaan bumi disebut ekstrusi magma. Ekstrusi magma inilah yang menyebabkan gunung api atau disebut juga vulkan.
Hal ini berarti intrusi magma tidak mencapai ke permukaan bumi. Mungkin hanya sebagian kecil intrusi magma yang bisa mencapai ke permukaan bumi. Namun yang perlu diingat bahwa intrusi magma bisa mengangkat lapisan kulit bumi menjadi cembung hingga membentuk tonjolan berupa pegunungan. Secara rinci, adanya intrusi magma (atau disebut plutonisme) menghasilkan bermacam-macam bentuk (perhatikan gambar penampang gunung api), yaitu:
- Batolit adalah batuan beku yang terbentuk di dalam dapur magma, sebagai akibat penurunan suhu yang sangat lambat.
- Lakolit adalah magma yang menyusup di antara lapisan batuan yang menyebabkan lapisan batuan di atasnya terangkat sehingga menyerupai lensa cembung, sementara permukaan atasnya tetap rata.
- Keping intrusi atau sill adalah lapisan magma yang tipis menyusup di antara lapisan batuan.
- Intrusi korok atau gang adalah batuan hasil intrusi magma memotong lapisan-lapisan litosfer dengan bentuk pipih atau lempeng.
- Apolisa adalah semacam cabang dari intrusi gang namun lebih kecil.
- Diatrema adalah batuan yang mengisi pipa letusan, berbentuk silinder, mulai dari dapur magma sampai ke permukaan bumi.
Gambar 6. Penampang gunung api.
Tentunya Anda masih ingat bahwa jika aktivitas magma mencapai ke permukaan bumi, maka gerakan ini dinamakan ekstrusi magma. Jadi ekstrusi magma adalah proses keluarnya magma ke permukaan bumi. Ekstrusi magma inilah yang menyebabkan terjadinya gunung api. Ekstrusi magma tidak hanya terjadi di daratan tetapi juga bisa terjadi di lautan. Oleh karena itu gunung berapi bisa terjadi di dasar lautan.
Secara umum ekstrusi magma dibagi dalam tiga macam, yaitu:
- Ekstrusi linier, terjadi jika magma keluar lewat celah-celah retakan atau patahan memanjang sehingga membentuk deretan gunung berapi. Misalnya Gunung Api Laki di Eslandia, dan deretan gunung api di Jawa Tengah dan Jawa Timur.
- Ekstrusi areal, terjadi apabila letak magma dekat dengan permukaan bumi, sehingga magma keluar meleleh di beberapa tempat pada suatu areal tertentu. Misalnya Yellow Stone National Park di Amerika Serikat yang luasnya mencapai 10.000 km persegi.
- Ekstrusi sentral, terjadi magma keluar melalui sebuah lubang (saluran magma) dan membentuk gunung-gunung yang terpisah. Misalnya Gunung Krakatau, Gunung Vesucius, dan lain-lain.
Berdasarkan sifat erupsi dan bahan yang dikeluarkannya, ada 3 macam gunung berapi sentral, yaitu:
- Gunung api perisai. Gunung api ini terjadi karena magma yang keluar sangat encer. Magma yang encer ini akan mengalir ke segala arah sehingga membentuk lereng sangat landai. Ini berarti gunung ini tidak menjulang tinggi tetapi melebar. Contohnya: Gunung Maona Loa dan Maona Kea di Kepulauan Hawaii.
- Gunung api maar. Gunung api ini terjadi akibat adanya letusan eksplosif. Bahan yang dikeluarkan relatif sedikit, karena sumber magmanya sangat dangkal dan sempit. Gunung api ini biasanya tidak tinggi, dan terdiri dari timbunan bahan padat (efflata). Di bekas kawahnya seperti sebuah cekungan yang kadang-kadang terisi air dan tidak mustahil menjadi sebuah danau. Misalnya Danau Klakah di Lamongan atau Danau Eifel di Prancis.
- Gunung api strato. Gunung api ini terjadi akibat erupsi campuran antara eksplosif dan efusif yang bergantian secara terus menerus. Hal ini menyebabkan lerengnya berlapis-lapis dan terdiri dari bermacam-macam batuan. Gunung api inilah yang paling banyak ditemukan di dunia termasuk di Indonesia. Misalnya gunung Merapi, Semeru, Merbabu, Kelud, dan lain-lain.
Gejala Pasca Vulkanis
Jika Anda tinggal di dekat gunung api, mungkin pernah mengalami ketika gunung meletus. Tentunya Anda bisa berceritera apa yang terjadi ketika gunung itu meletus, mengerikan, menakutkan, atau mungkin membingungkan ketika Anda berlari mencari pertolongan? Begitu pula setelah gunung itu meletus, apa yang terjadi di sekitar daerah gunung tersebut?
Jika Anda tinggal di dekat gunung api, mungkin pernah mengalami ketika gunung meletus. Tentunya Anda bisa berceritera apa yang terjadi ketika gunung itu meletus, mengerikan, menakutkan, atau mungkin membingungkan ketika Anda berlari mencari pertolongan? Begitu pula setelah gunung itu meletus, apa yang terjadi di sekitar daerah gunung tersebut?
Pada saat gunung berapi meletus, memuntahkan bahan material dari perut bumi ke permukaan bumi. Bahan yang dikeluarkan gunung api yang meletus bisa mengeluarkan wujud padat, wujud cair dan gas. Wujud padat seperti : batu besar, batu kecil, pasir, abu, dan batu apung. Wujud cair bisa berupa lava (aliran magma ke permukaan bumi dengan suhu tinggi) dan lahar panas (lumpur panas campuran lava dan air). Sedangkan wujud gas bisa berupa gas belerang, gas nitrogen, gas asam arang, dan uap air.
Bahan yang keluar dari gunung api; yang padat disebut efflata, yang cair disebut effusif dan berupa gas disebut ekshalasi. Untuk lebih jelasnya perhatikan gambar di bawah ini!
Gambar 7. Bentuk-bentuk gunung api.
Gunung api melakukan aktivitasnya mulai kegiatan yang lemah, meningkat ke lebih kuat, sampai pada suatu waktu mencapai puncaknya yaitu letusan. Namun sebuah gunung api akhirnya akan berhenti dari kegiatannya. Gunung api seperti ini biasanya dinyatakan telah mati.
Gunung api yang dinyatakan mati bukan berarti hilang seluruh kegiatannya. Di sini magma dalam periode pendinginan, masih tetap menunjukkan sisa kegiatannya. Kegiatan itu sering disebut gejala pasca vulkanis. Pasca vulkanis ini dapat dibedakan dalam beberapa bentuk gejala antara lain sumber gas, sumber air panas, sumber air mineral (mahdani), dan geyser.
1. |
Sumber gas
Gas yang dikeluarkan bisa berupa sumber gas belerang (solfatar), sumber gas uap air atau zat lemas, dan sumber gas asam arang atau disebut mofet. Gas belerang banyak ditemukan di kepundan gunung api. Sumber uap air (fumarol) yang keluar dengan tekanan tinggi dikenal sebagai tenaga geotermal. Sumber uap air ini bisa digunakan untuk pembangkit tenaga listrik, misalnya di Kamojang Jawa Barat, Dieng Jawa Tengah, dan lain-lain.
Sedangkan gas asam arang sangat berbahaya karena dapat mematikan mahluk hidup. Sumber gas asam arang dapat muncul sembarang waktu di kepundan gunung api manapun. Oleh karena itu biasanya petugas Dinas Pengawasan Gunung Api dari posnya di sekitar gunung, bisa memantau secara terus menerus kegiatan gunung api tersebut, sehingga dapat memperingatkan penduduk setempat ketika gunung mengeluarkan gas beracun tersebut. Namun ada kalanya gas racun ini keluar secara tiba-tiba , seperti yang terjadi tahun 1979 di kawah Timbangan dan Nila Dieng Jawa Tengah yang menewaskan sekitar 149 jiwa.
| ||||||||
2. |
Sumber air panas
Air tanah berasal dari hujan yang meresap ke dalam tanah. Begitu pula di gunung api, air hujan meresap ke dalam bergerak ke bagian yang lebih dalam dan mendekati batuan yang masih panas (sisa kegiatan vulkanis). Akibatnya air menjadi panas, bahkan sampai mendidih. Melalui celah-celah batuan di bagian bawah air itu keluar sebagai mata air panas.Misalnya, sumber air panas di Garut dan Cianjur Jawa Barat, Baturaden Jawa Tengah, Tretes Jawa Timur, dan di tempat lainnya. | ||||||||
3. |
Sumber air mineral
Seperti halnya sumber air panas, sumber air mineral terjadi karena pemanasan air oleh sisa kegiatan vulkanik. Namun dalam sumber air ini terlarut zat kimia produk gunung api, sehingga air itu mengandung belerang atau zat kimia lain. Sumber air mineral ini banyak ditemukan di daerah sekitar gunung api yang aktif atau yang sudah istirahat, misalnya di Maribaya dan Ciater sekitar gunung Tangkuban Perahu Jawa Barat. | ||||||||
4. |
Geyser
Geyser adalah sumber mata air panas yang memancar secara berkala. Geyser terjadi karena gas panas yang asalnya dari batuan magma memanaskan bagian bawah air yang terdapat dalam celah di dalam bumi. Uap air yang terjadi tidak dapat mengadakan sirkulasi sampai ke permukaan bumi sehingga terjadilah akumulasi uap air setempat. Ketika ada jalan keluar ke permukaan bumi terjadilah pancaran air dengan suhu yang cukup tinggi. Contoh geyser yang sangat terkenal terdapat di Yellow Stone National Park California Amerika Serikat.
Manfaat Vulkanisme
Kegiatan gunung berapi memiliki banyak manfaat bagi mahluk hidup khususnya manusia. Manfaat tersebut di antaranya:
|
APA ITU GUNUNGAPI?
Gunungapi adalah lubang kepundan atau rekahan dalam kerak bumi tempat keluarnya cairanmagma atau gas atau cairan lainnya ke permukaan bumi. Matrial yang dierupsikan kepermukaan bumi umumnya membentuk kerucut terpancung.
Gunungapi diklasifikasikan ke dalam dua sumber erupsi, yaitu (1) erupsi pusat, erupsi keluarmelalui kawah utama; dan (2) erupsi samping, erupsi keluar dari lereng tubuhnya; (3) erupsicelah, erupsi yang muncul pada retakan/sesar dapat memanjang sampai beberapa kilometer; (4) erupsi eksentrik, erupsi samping tetapi magma yang keluar bukan dari kepundan pusat yangmenyimpang ke samping melainkan langsung dari dapur magma melalui kepundan tersendiri. Berdasarkan tinggi rendahnya derajat fragmentasi dan luasnya, juga kuat lemahnya letusan serta tinggi tiang asap, maka gunungapi dibagi menjadi beberapa tipe erupsi: (1) Tipe Hawaiian,yaitu erupsi eksplosif dari magma basaltic atau mendekati basalt, umumnya berupa semburanlava pijar, dan sering diikuti leleran lava secara simultan, terjadi pada celah atau kepundansederhana; (2) Tipe Strombolian, erupsinya hampir sama dengan Hawaiian berupa semburanlava pijar dari magma yang dangkal, umumnya terjadi pada gunungapi sering aktif di tepi benuaatau di tengah benua; (3) Tipe Plinian, merupakan erupsi yang sangat ekslposif dari magmaberviskositas tinggi atau magma asam, komposisi magma bersifat andesitik sampai riolitik. Material yang dierupsikan berupa batuapung dalam jumlah besar; (4) Tipe Sub Plinian, erupsi eksplosif dari magma asam/riolitik dari gunungapi strato, tahap erupsi efusifnya menghasilkankubah lava riolitik. Erupsi subplinian dapat menghasilkan pembentukan ignimbrit; (5) TipeUltra Plinian, erupsi sangat eksplosif menghasilkan endapan batuapung lebih banyak dan luas dari Plinian biasa; (6) Tipe Vulkanian, erupsi magmatis berkomposisi andesit basaltic sampaidasit, umumnya melontarkan bom-bom vulkanik atau bongkahan di sekitar kawah dan seringdisertai bom kerak-roti atau permukaannya retak-retak. Material yang dierupsikan tidak melulu berasal dari magma tetapi bercampur dengan batuan samping berupa litik; (7) Tipe Surtseyandan Tipe Freatoplinian, kedua tipe tersebut merupakan erupsi yang terjadi pada pulaugunungapi, gunungapi bawah laut atau gunungapi yang berdanau kawah. Surtseyan merupakanerupsi interaksi antara magma basaltic dengan air permukaan atau bawah permukaan,letusannya disebut freatomagmatik. Freatoplinian kejadiannya sama dengan Surtseyan, tetapimagma yang berinteraksi dengan air berkomposisi riolitik.
Bentuk dan bentang alam gunungapi, terdiri atas : bentuk kerucut, dibentuk oleh endapanpiroklastik atau lava atau keduanya; bentuk kubah, dibentuk oleh terobosan lava di kawah,membentuk seperti kubah; kerucut sinder, dibentuk oleh perlapisan material sinder atau skoria; maar, biasanya terbentuk pada lereng atau kaki gunungapi utama akibat letusan freatik ataufreatomagmatik; plateau, dataran tinggi yang dibentuk oleh pelamparan leleran lava.
Penampang suatu gunungapi dan bagian-bagiannya.(Modifikasi dari Krafft, 1989)
Struktur gunungapi, terdiri atas : (1) struktur kawah adalah bentuk morfologi negatif ataudepresi akibat kegiatan suatu gunungapi, bentuknya relatif bundar; (2) kaldera, bentukmorfologinya seperti kawah tetapi garis tengahnya lebih dari 2 km. Kaldera terdiri atas : kalderaletusan, terjadi akibat letusan besar yang melontarkan sebagian besar tubuhnya; kalderaruntuhan, terjadi karena runtuhnya sebagian tubuh gunungapi akibat pengeluaran material yangsangat banyak dari dapur magma; kaldera resurgent, terjadi akibat runtuhnya sebagian tubuhgunungapi diikuti dengan runtuhnya blok bagian tengah; kaldera erosi, terjadi akibat erosi terusmenerus pada dinding kawah sehingga melebar menjadi kaldera; (3) rekahan dan graben, retaka-retakan atau patahan pada tubuh gunungapi yang memanjang mencapai puluhankilometer dan dalamnya ribuan meter. Rekahan parallel yang mengakibatkan amblasnya blok diantara rekahan disebut graben; (4) depresi volkano-tektonik, pembentukannya ditandai dengan deretan pegunungan yang berasosiasi dengan pemebentukan gunungapi akibat ekspansi volumebesar magma asam ke permukaan yang berasal dari kerak bumi. Depresi ini dapat mencapaiukuran puluhan kilometer dengan kedalaman ribuan meter.
Tipe Letusan Gunungapi
Bentuk Gunungapi
KAPAN GUNUNGAPI TERJADI ?
Gunungapi terbentuk sejak jutaan tahun lalu hingga sekarang. Pengetahuan tentang gunungapiberawal dari perilaku manusia dan manusia purba yang mempunyai hubungan dekat dengan gunungapi. Hal tersebut diketahui dari penemuan fosil manusia di dalam endapan vulkanik dansebagian besar penemuan fosil itu ditemukan di Afrika dan Indonesia berupa tulang belulangmanusia yang terkubur oleh endapan vulkanik.
Sebagai contoh banyak ditemukan kerangka manusia di kota Pompeii dan Herculanum yangterkubur oleh endapan letusan G. Vesuvius pada 79 Masehi. Fosil yang terawetkan baik padaabu vulkanik berupa tapak kaki manusia Australopithecus berumur 3,7 juta tahun di daerahLaetoli, Afrika Timur. Penanggalan fosil dari kerangka manusia tertua, Homo babilisberdasarkan potassium-argon (K-Ar) didapat umur 1,75 juta tahun di daerah Olduvai.Penemuan fosil yang diduga sebagai manusia pemula Australopithecus afarensis berumur 3,5juta tahun di Hadar, Ethiopia, dan penanggalan umur benda purbakala tertua yang terbuat darilava berumur 2,5 juta tahun ditemukan di Danau Turkana, Afrika Timur. Perkembangan benda-benda purba dari yang sederhana kemudian meningkat menjadi benda-benda yang disesuaikan dengan kebutuhan sehari-hari, seperti pemotong, kapak tangan dan lainnya, terbuat dariobsidian yang berumur Paleolitik Atas.
DIMANA GUNUNGAPI TERJADI ?
Gunungapi terbentuk pada empat busur, yaitu busur tengah benua, terbentuk akibat pemekarankerak benua; busur tepi benua, terbentuk akibat penunjaman kerak samudara ke kerak benua;busur tengah samudera, terjadi akibat pemekaran kerak samudera; dan busur dasar samuderayang terjadi akibat terobosan magma basa pada penipisan kerak samudera. Penampang yang memperlihat kan batas lempeng utama dengan dengan pembentukan busurgunungapi. (Modifikasi dari Krafft, 1989)
MENGAPA TERJADI GUNUNGAPI ?
Pengetahuan tentang tektonik lempeng merupakan pemecahan awal dari teka-teki fenomena alam termasuk deretan pegunungan, benua, gempabumi dan gunungapi. Planet bumi mepunyaibanyak cairan dan air di permukaan. Kedua factor tersebut sangat mempengaruhi pembentukandan komposisi magma serta lokasi dan kejadian gunungapi.
Panas bagian dalam bumi merupakan panas yang dibentuk selama pembentukan bumi sekitar 4,5 miliar tahun lalu, bersamaan dengan panas yang timbul dari unsure radioaktif alami, sepertielemen-elemen isotop K, U dan Th terhadap waktu. Bumi pada saat terbentuk lebih panas,tetapi kemudian mendingin secara berangsur sesuai dengan perkembangan sejarahnya.Pendinginan tersebut terjadi akibat pelepasan panas dan intensitas vulkanisma di permukaan.Perambatan panas dari dalam bumi ke permukaan berupa konveksi, dimana material-material yang terpanaskan pada dasar mantel, kedalaman 2.900 km di bawah muka bumi bergerakmenyebar dan menyempit disekitarnya. Pada bagian atas mantel, sekitar 7 35 km di bawahmuka bumi, material-material tersebut mendingin dan menjadi padat, kemudian tenggelam lagike dalam aliran konveksi tersebut. Litosfir termasuk juga kerak umumnya mempunyaiketebalan 70 120 km dan terpecah menjadi beberapa fragmen besar yang disebut lempengtektonik. Lempeng bergerak satu sama lain dan juga menembus ke arah konveksi mantel.Bagian alas litosfir melengser di atas zona lemah bagian atas mantel, yang disebut jugaastenosfir. Bagian lemah astenosfir terjadi pada saat atau dekat suhu dimana mulai terjadipelelehan, kosekuensinya beberapa bagian astenosfir melebur, walaupun sebagian besar masihpadat. Kerak benua mempunyai tebal lk. 35 km, berdensiti rendah dan berumur 1 2 miliartahun, sedangkan kerak samudera lebih tipis (lk. 7 km), lebih padat dan berumur tidak lebih dari200 juta tahun. Kerak benua posisinya lebih di atas dari pada kerak samudera karena perbedaan berat jenis, dan keduanya mengapung di atas astenosfir. Penampang bumi. Kerak yang menindih mantel hampir seluruhnya terdiri dari oksida yangtidak melebur. Proses vulkanik membawa fragmen batuan ke permukaan dari kedalaman lk.200 km melalui mantel, hal tersebut ditunjukkan dengan adanya mineral-mineral olivine, piroksen dan garnet dalam peridotit pada bagian atas mantel. (Modifikasi dari Krafft, 1989;Sigurdsson, 2000).
BAGAIMANA GUNUNGAPI TERBENTUK ?
Pergerakan antar lempeng ini menimbulkan empat busur gunungapi berbeda :
1.
Pemekaran kerak benua, lempeng bergerak saling menjauh sehingga memberikankesempatan magma bergerak ke permukaan, kemudian membentuk busur gunungapitengah samudera.
2.
Tumbukan antar kerak, dimana kerak samudera menunjam di bawah kerak benua. Akibatgesekan antar kerak tersebut terjadi peleburan batuan dan lelehan batuan ini bergerak kepermukaan melalui rekahan kemudian membentuk busur gunungapi di tepi benua.
3.
Kerak benua menjauh satu sama lain secara horizontal, sehingga menimbulkan rekahan atau patahan. Patahan atau rekahan tersebut menjadi jalan ke permukaan lelehan batuanatau magma sehingga membentuk busur gunungapi tengah benua atau banjir lavasepanjang rekahan.
4.
Penipisan kerak samudera akibat pergerakan lempeng memberikan kesempatan bagimagma menerobos ke dasar samudera, terobosan magma ini merupakan banjir lava yangmembentuk deretan gunungapi perisai. Penampang diagram yang memper lihatkan bagaimana gunungapi ter bentuk di permukaan melalui kerak benua dan kerak samudera serta mekanisme peleburan batuan yangmenghasilkan busur gunungapi, busur gunungapi tengah samudera, busur gunungapi tengahbenua dan busur gunungapi dasar samudera. (Modifikasi dari Sigurdsson, 2000).
Di Indonesia (Jawa dan Sumatera) pembentukan gunungapi terjadi akibat tumbukan kerakSamudera Hindia dengan kerak Benua Asia. Di Sumatra penunjaman lebih kuat dan dalamsehingga bagian akresi muncul ke permukaan membentuk pulau-pulau, seperti Nias, Mentawai, dll. (Modifikasi dari Katili, 1974).
BAHAYA GUNUNGAPI
Bahaya letusan gunungapi dapat berpengaruh secara langsung (primer) dan tidak langsung(sekunder) yang menjadi bencana bagi kehidupan manusia. Bahaya yang langsung oleh letusangunungapi adalah :
1.
Leleran lava
leleran lava merupakan cairan lava yang pekat dan panas dapat merusaksegala infrastruktur yang dilaluinya. Kecepatan aliran lava tergantung darikekentalan magmanya, makin rendah kekentalannya, maka makin jauhjangkauan alirannya. Suhu lava pada saat dierupsikan berkisar antara 800o 1200o C. Pada umumnya di Indonesia, leleran lava yang dierupsikangunungapi, komposisi magmanya menengah sehingga pergerakannya cukuplamban sehingga manusia dapat menghindarkan diri dari terjangannya.
Leleran lava dapat merusak segala bentuk infrastruktur. Foto Macdonald.
2.
Aliran piroklastik (awan panas)
aliran piroklastik dapat terjadi akibat runtuhan tiang asap erupsi plinian,letusan langsung ke satu arah, guguran kubah lava atau lidah lava dan aliran pada permukaan tanah (surge). Aliran piroklastik sangat dikontrol oleh
gravitasi dan cenderung mengalir melalui daerah rendah atau lembah.Mobilitas tinggi aliran piroklastik dipengaruhi oleh pelepasan gas darimagma atau lava atau dari udara yang terpanaskan pada saat mengalir. Kecepatan aliran dapat mencapai 150 250 km/jam dan jangkauan alirandapat mencapai puluhan kilometer walaupun bergerak di atas air/laut.
Awan panas mempunyai mobilitas dan suhu tinggi sangat berbahaya bagipenduduk sekitar gunungapi.
3.
Jatuhan piroklastik
Jatuhan piroklastik terjadi dari letusan yang membentuk tiang asap cukuptinggi, pada saat energinya habis, abu akan menyebar sesuai arah anginkemudian jatuh lagi ke muka bumi. Hujan abu ini bukan merupakan bahaya langsung bagi manusia, tetapi endapan abunya akan merontokkan daun-daun dan pepohonan kecil sehingga merusak agro dan pada ketebalantertentu dapat merobohkan atap rumah. Sebaran abu di udara dapatmenggelapkan bumi beberapa saat serta mengancam bahaya bagi jalur penerbangan.
Hujan abu dapat merusak tanaman, merobohkan rumah, mengganggupernafasan dan membahayakan jalur penerbangan pesawat. (Foto Krafft)
4.
Lahar letusan
Lahar letusan terjadi pada gunungapi yang mempunyai danau kawah. Apabila volume air alam kawah cukup besar akan menjadi ancamanlangsung saat terjadi letusan dengan menumpahkan lumpur panas.
5.
Gas vulkanikberacun
Gas beracun umumnya muncul pada gunungapi aktif berupa CO, CO2,HCN, H2S, SO2 dll, pada konsentrasi di atas ambang batas dapat membunuh.
Pengeluaran gas CO2 di G. Dieng membunuh banyak penduduk.
Bahaya sekunder, terjadi setelah atau saat gunungapi aktif:
1.
Lahar Hujan
lahar hujan terjadi apabila endapan material lepas hasil erupsi gunungapi yang diendapkan pada puncak dan lereng, terangkut olehhujan atau air permukaan. Aliran lahar ini berupa aliran lumpur yangsangat pekat sehingga dapat mengangkut material berbagai ukuran.Bongkahan batu besar berdiameter lebih dari 5 m dapat mengapung pada aliran lumpur ini. Lahar juga dapat merubah topografi sungaiyang dilaluinya dan merusak infrastruktur.
2.
Banjir bandang
banjir bandang terjadi akibat longsoran material vulkanik lama padalereng gunungapi karena jenuh air atau curah hujan cukup tinggi. Aliran Lumpur disini tidak begitu pekat seperti lahar, tapi cukupmembahayakan bagi penduduk yang bekerja di sungai dengan tiba-tiba terjadi aliran lumpur.
3.
Longsoran vulkanik
longsoran vulkanik dapat terjadi akibat letusan gunungapi, eksplosi uap air, alterasi batuan pada tubuh gunungapi sehingga menjadirapuh, atau terkena gempabumi berintensitas kuat. Longsoranvulkanik ini jarang terjadi di gunungapi secara umum sehingga dalampeta kawasan rawan bencana tidak mencantumkan bahaya akibat Longsoran vulkanik.
Lahar G. Galunggung 1982 menghanyutkan rumah-rumah dan menguburnya.
PENANGGULANGAN BENCANA GUNUNGAPI
Dalam penanggulangan bencana letusan gunungapi dibagi menjadi tiga bagian, yaitu persiapansebelum terjadi letusan, saat terjadi letusan dan sesudah terjadi letusan.
1.
Sebelum terjadi letusan dilakukan :
•
Pemantaun dan pengamatan kegiatan pada semua gunungapi aktif,
•
Pembuatan dan penyediaan Peta Kawasan Rawan Bencana dan Peta Zona ResikoBahaya Gunungapi yang didukung dengan dengan Peta Geologi Gunungapi,
•
Melaksanakan prosedur tetap penanggulangan bencana letusan gunungapi,
•
Melakukan pembimbingan dan pemeberian informasi gunungapi,
•
Melakukan penyelidikan dan penelitian geologi, geofisika dan geokimia digunungapi,
•
Melakukan peningkatan sumberdaya manusia dan pendukungnya sepertipeningkatan sarana dan prasarananya.
2.
Setelah terjadi letusan :
•
Menginventarisir data, mencakup sebaran dan volume hasil letusan,
•
Mengidentifikasi daerah yang terancam bahaya,
•
Memberikan saran penanggulangan bahaya,
•
Memberikan penataan kawasan jangka pendek dan jangka panjang,
•
Memperbaiki fasilitas pemantauan yang rusak,
•
Menurunkan status kegiatan, bila keadaan sudah menurun,
KLASIFIKASI GUNUNGAPI DI INDONESIA
1.
Tipe A
gunungapi yang pernah mengalami erupsi magmatik sekurang-kurangnya satu kali sesudah tahun 1600
2.
Tipe B
gunungapi yang sesudah tahun 1600 belum lagi mengadakan erupsimagmatik, namun masih memperlihatkan gejala kegiatan seperti kegiatan solfatara
3.
Tipe C
gunungapi yang erupsinya tidak diketahui dalam sejarah manusia,namun masih terdapat tanda-tanda kegiatan masa lampau berupa lapangan solfatara/fumarola pada tingkah lemah
Pos Pengamatan Gunungapi Guntur, Jawa Barat
Pos Pengamatan Gunungapi Lokon, Sulawesi Utara (kiri) Pos Pengamatan Gunungapi Kelimutu,Flores (kanan)
Peta Kawasan Rawan Bencana Gunungapi Egon, Flores Timur
PROSEDUR TETAP TINGKAT KEGIATAN GUNUNGAPI
1.
Aktif Normal (Level I)
Kegiatan gunungapi berdasarkan pengamatan dari hasil visual,kegempaan dan gejala vulkanik lainnya tidak memperlihatkanadanya kelainan
2.
Waspada (Level II)
Terjadi peningkatan kegiatan berupa kelainan yang tampak secaravisual atau hasil pemeriksaan kawah, kegempaan dan gejala
vulkanik lainnya
3.
Siaga (Level III)
Peningkatan semakin nyata hasil pengamatan visual/pemeriksaankawah, kegempaan dan metoda lain saling mendukung.Berdasarkan analisis, perubahan kegiatan cenderung diikutiletusan
4.
Awas (Level IV)
Menjelang letusan utama, letusan awal mulai terjadi berupaabu/asap. Berdasarkan analisis data pengamatan, segera akandiikuti letusan utama
Radio Komunikasi dari Pos-Pos PGA ke DVMBG
Dam pengelak lahar di lereng G. Merapi, Jawa Tengah. (Promer)
Model rumah yang disarankan untuk daerah sekitar gunungapi, agar terhindar dari bebanendapan abu gunungapi.
•
Kemiringan atap 45o atau lebih curam lagi
•
Tiang penopang atap lebih kerap dibantu dengan tiang diagonal
TENAGA EKSOGEN
c. Ciri Bentang Alam sebagai Akibat Proses Pengikisan dan Pengendapan
1) Pelapukan, Pengikisan, dan Erosi
Cuaca, temperatur, air, atau organisme sangat berpengaruh terhadappelapukan batuan. Perusakan batuan karena adanya pengaruh cuaca, temperatur, air, atau organisme itulah yang disebut pelapukan. Perbedaan cuaca pada musim hujan dan musim panas serta temperatur yang tinggi dan rendah, sangat berpengaruh pada proses pelapukan batuan. Pelapukan hanya terjadi pada lapisan kulit bumi bagian luar yang ketebalannya sangat dipengaruhi oleh peristiwa penyebab pelapukannya. Pada daerah tropis mempunyai ketebalan yang lebih besar jika dibandingkan dengan di daerah sedang. Ketebalan di daerah tropis mencapai 100 m.
Gaya berat sangat berpengaruh pada lapisan pelapukan batuan yang terdapat di lereng-lereng pegunungan. Erosi pada lereng pegunungan akan mengangkut bagian teratasnya. Pada peristiwa pelapukan sering terdengar istilah denudasi. Tahukah kalian apakah denudasi itu? Denudasi dapat terjadi jika kecepatan pelapukan batu-batuan tidak dapat mengikuti kecepatan runtuhnya lapisan batuan yang lapuk, yang menyebabkan terkupas dan terbukanya batuan yang asli.
Di alam ini terdapat tiga macam pelapukan, antara lain, sebagai berikut.
a) Pelapukan Kimiawi
Pelapukan kimiawi terjadi karena batu-batuan mengalami perubahan kimiawi. Pelapukan ini disebabkan oleh air dan panas. Pelapukan kimiawi banyak terjadi di Indonesia. Ini disebabkan curah hujan di Indonesia sangat tinggi. Air hujan mempermudah terjadinya pelapukan kimiawi. Selain air hujan pelapukan juga dipercepat oleh tumbuh-tumbuhan yang terdapat di Indonesia. CO2 banyak dikeluarkan oleh tumbuh-tumbuhan selain akarnya dapat mengeluarkan asam yang memudahkan terjadinya proses kimiawi.
Air yang banyak mengandung CO (zat asam arang) dapat dengan mudah melarutkan batu kapur (CaO3). Peristiwa ini disebut dengan pelarutan yang dapat menimbulkan gejala-gejala karst. Yang termasuk gejala-gejala karst, antara lain, sebagai berikut.
(1) Dolina, merupakan lubang-lubang berbentuk corong, yang terbentuk karena peristiwa erosi (pelarutan) atau runtuhan. Akibat yang ditimbulkan oleh dolina dapat terlihat pada puncak-puncak pegunungan kapur. Puncak-puncak itulah yang merupakan sisa pelarutan, sedangkan dolina-dolina yang melebur di antaranya terlihat sebagai lembah.
(2) Stalaktit dan stalagmit. Kapur tebal yang terdapat pada atap gua memudahkan udara masuk ke dalam. Keadaan ini menyebabkan terbentuknya kerucutkerucut kapur yang disebut stalaktit dan stalagmit. Kerucut-kerucut kapur yang bergantungan pada atap gua adalah stalaktit, sedangkan kerucut-kerucut kapur yang berdiri pada dasar gua disebut stalaktit. Jika stalaktit dan stalagmit bersentuhan, akan membentuk tiang kapur. Misalnya: Gua Gong dan Gua Tabuhan di dekat Pacitan, Jawa Timur, Gua Lawa di Purwokerto, dan Gua Jatijajar dekat Kebumen, JawaTengah.
(3) Gua dan sungai dalam tanah. Retakan dalam tanah kapur akan menjadi besar dan menjadi lubang-lubang atau guagua karena pengaruh pelarutan. Jika di dalam tanah lubang-lubang itu berhubungan satu sama lain, terjadilah sungai-sungai di dalam tanah.
b) Pelapukan Organis
Pelapukan organis terjadi karena aktivitas organisme, termasuk hewan dan tumbuhan. Hewan yang berperan dalam pelapukan, antara lain, cacing tanah, serangga, dan tikus. Di garis pantai yang terangkat sering dijumpai lubang-lubang bekas rumah binatang yang hidup pada permukaan air. Selain hewan, tumbuhan juga berperan dalam pelapukan organis. Pengaruh tumbuhan dapat bersifat mekanis dan kimiawi. Bersifat mekanis karena berkembangnya pertumbuhan akar di dalam tanah dapat merusak tanah dan sekitarnya. Bersifat kimiawi karena akar akan mengeluarkan asamasam mengisap garam makanan. Asam-asam ini bersifat merusak batubatuan sehingga mendorong terjadinya pelapukan.
c) Pelapukan Fisis atau Mekanis
Pelapukan ini disebut juga pelapukan mekanis karena proses penyebabnya berlangsung secara mekanis. Perusakan fisik batu-batuan akan terjadi pada pelapukan ini, di mana batuan yang besar akan pecah menjadi kecil dan yang kecil akan remuk menjadi halus. Yang termasuk dalam pelapukan fisik atau mekanis, antara lain, kerusakan yang disebabkan oleh beberapa hal di bawah ini.
(1) Besarnya perbedaan suhu (temperatur). Kondisi ini sebagian besar terjadi di daerah yang beriklim kontinental, atau beriklim gurun. Di daerah gurun temperatur pada siang hari dapat mencapai 50°C, sedangkan malam akan begitu dingin. Hal ini menyebabkan retak dan pecahnya batu-batuan besar.
(2) Bekunya air tanah di dalam tanah atau di dalam pori-pori batuan. Jika air membeku, akan terjadi peningkatan volume atau pemuaian volume yang dapat meningkatkan tekanan keluar sehingga lama-kelamaan batu-batuan akan mengalami keretakan. Peristiwa ini banyak terjadi di daerah beriklim sedang. Jika suhunya rendah, air tanah bagian atas dapat mengalami pembekuan.
(3) Mengkristalnya air garam. Suhu pada siang hari yang sangat tinggi akan mengakibatkan air menguap dan unsur-unsur garam yang terdapat di dalam air akan mengkristal, di mana kristal-kristal yang terbentuk ini sangat runcing dan tajam. Kristal yang tajam ini dapat merusak batubatuan yang ada di sekitarnya.
(4) Akibat erosi di daerah pegunungan
Hasil pelapukan batuan ini akan segera terangkut jika ada aliran yang kuat. Proses pengangkutan hasil pelapukan batuan ini sering disebut dengan erosi. Pengikisan permukaan kulit bumi karena aliran air, es, atau angin disebut erosi. Erosi dapat terjadi karena beberapa sebab berikut.
(a) Erosi air sungai
Gerakan air yang mengalir akan menimbulkan gesekan dengan tanah yang dilaluinya. Semakin cepat dan besar jumlah airnya, gerakan yang ditimbulkan akan semakin besar pula. Semakin besar gerakan akan menyebabkan gesekan yang semakin keras. Gesekan air dengan tanah yang dilaluinya ini dapat menyebabkan pengikisan, karena secara tidak langsung air akan banyak membawa benda padat yang menimbulkan gesekan keras. Akan tetapi, lain halnya dengan air yang tenang dan tidak mengalir deras. Air yang tenang tidak mengadakan gesekan dan tidak menimbulkan pengikisan. Dengan kata lain, pengikisan hanya dapat terjadi jika air itu mengalir dan mengangkut benda-benda padat. Akibat yang ditimbulkan oleh erosi air sungai dapat dibuktikan dengan terjadinya lembah-lembah, ngarai, dan jurang yang dalam, seperti Lembah Anai, Ngarai Sianok, dan Grand Canyon serta Sungai Colorado di Amerika Serikat.
(b) Erosi air laut (abrasi)
Erosi air laut sering disebut dengan abrasi. Abrasi adalah perusakan atau pengikisan pantai yang disebabkan oleh pukulan gelombang laut yang terusmenerus terhadap dinding pantai, seperti Pantai Parangtritis di Yogyakarta.
(c) Erosi es (gletser)
Gerakan lapisan es yang mengalir turun dari pegunungan es yang menyebabkan pengikisan disebut dengan erosi es (gletser). Aliran es yang mencair itu akan membawa atau menyeret batu-batuan ke bawah atau disebut moraine, seperti Pantai Fyord di Skandinavia.
(d) Erosi angin (korasi)
Selain air sungai, air laut, dan es, pengikisan juga dapat disebabkan oleh angin. Pengikisan oleh angin banyak terjadi di daerah gurun pasir. Setelah terbawa oleh angin, pasir-pasir tersebut diendapkan di tempat lain sehingga terbentuk bukit-bukit pasir yang dapat berpindah-pindah. Jika pasir yang terbawa angin itu melewati batu-batuan, akan timbul gesekan antara pasir dan batuan yang dapat menyebabkan terjadinya pengikisan batuan. Jika bagian bawah batuan itu terkikis secara terus-menerus, bantuan akan membentuk batu cendawan di gurun pasir, seperti Tanah Loss di Cina Utara setebal 600 meter adalah hasil erosi angin dari Gurun Gobi. Pengaruh erosi air terhadap material yang dihancurkan, diangkut, dan yang diendapkan, dapat kamu lihat pada bahasan berikut.
1. Batu-batuan yang diangkut
Gesekan dan benturan pada saat pengangkutan batuan akan mengakibatkan pecahnya batuan. Karena gesekan dan benturan tersebut batu-batuan makin lama akan makin bulat dan kecil. Pergeseran batu-batuan akan menyebabkan batuan menjadi semakin tipis, sedangkan batuan yang diguling-gulingkan akan menjadi bulat dan seperti batu guling.
2. Sungai
a. Hulu sungai
Di bagian hulu sungai, kecepatan aliran sungai lebih tinggi karena kemiringan gradien dasarnya yang tinggi. Oleh karena itu, erosi dasar sungai lebih tinggi daripada erosi tepi sungai. Kondisi ini menyebabkan sungai menjadi lebih cepat dalam daripada melebarnya. Kalau kalian perhatikan di daerah-daerah pegunungan, sungai-sungainya akanterlihat curam di antara tebing-tebing yang tinggi. Selain itu, palung sungai berbentuk huruf V.
b. Bagian tengah sungai
Dasar sungai bagian tengah tidak lagi miring, tetapi sudah mulai melandai atau rata. Demikian pula dengan kecepatan airnya yang mulai berkurang atau kecepatan airnya yang semakin kecil. Di bagian ini benda-benda padat yang besar mulai diendapkan. Pengendapan sebagian besar terjadi pada bagian tepi sungai karena pada bagian ini kecepatan airnya paling kecil, sehingga garis arus mulai membelok dan erosi ke bagian tepi yang dituju menjadi besar. Sebagai akibatnya sungai mulai membelok dan belokan ini makin lama makin besar. Sungai yang berkelok-kelok (Meander) ini sebagian besar terdapat di hilir sungai.
c. Hilir sungai
Di bagian hilir ini dasar palung sungai berbentuk datar. Di daerah hilir ini air mengalir dengan kecepatan yang sangat lambat, bahkan seperti tidak mengalir. Dengan demikian, benda-benda yang terangkut sebagian besar diendapkan di bagian muara sungai. Peristiwa ini mendorong terbentuknya delta atau pulau-pulau di bagian muara sungai.
3. Relief permukaan bumi
Terjadinya erosi menyebabkan puncak-puncak gunung yang mula-mula tajam menjadi rendah dan bulat. Demikian juga dengan jurang-jurangnya yang curam, karena pengendapan bahan-bahan dan pengikisan di lerengnya, gunung menjadi lebih dangkal. Dataran tinggi menjadi rendah, sebaliknya dataran rendah menjadi tinggi karena endapan tanah. Kejadian-kejadian tersebut memicu pada terbentuknya suatu relief permukaan bumi yang disebut peneplain.
4. Tanah pertanian
Ada dua pengaruh yang disebabkan oleh erosi terhadap tanah pertanian. Pengaruh tersebut ada yang menguntungkan dan ada yang merugikan. Pengaruh ini ditentukan oleh jenis erosi. Adapun pengaruh tersebut sebagai berikut.
a. Pengaruh yang menguntungkan
Dikatakan menguntungkan jika tanah hasil erosi adalah tanah aluvial yang dapat menjaga kesuburan tanah. Bagaimana erosi yang dapat menjaga kesuburan tanah? Kondisi ini terjadi jika jumlah tanah yang diangkut oleh erosi itu seimbang dengan jumlah tanah yang terbentuk oleh pelapukan. Erosi seperti inilah yang diperlukan oleh tanah pertanian.
b. Pengaruh yang merugikan
Di sini erosi yang terjadi dapat menyebabkan tanah menjadi tandus dan mati. Hal ini terjadi karena tanah yang diangkut oleh erosi itu lebih banyak daripada tanah yang terjadi karena pelapukan. Usaha-usaha yang dapat dilakukan untuk mengurangi terjadinya erosi, antara lain, sebagai berikut:
(1) pembuatan terasering dengan cara membuat tanah lereng menjadi bertingkat-tingkat, sehingga apa jika terjadi hujan, kecepatan air dari bagian atas akan berkurang;
(2) pelaksanaan strip-cropping atau metode tanam berseling yang waktu panennya tidak sama;.
(3) melakukan reboisasi atau penanaman hutan kembali, terutama dilakukan pada hutan-hutan lindung yang mulai gundul;
(4) mengadakan contour-plowing, yaitu mengadakan pembajakan yang searah dengan kontur.
2) Pengendapan
Setelah menempuh jarak tertentu, material yang terbawa karena erosi akan diendapkan. Ini dapat terjadi karena kecepatan erosi semakin berkurang. Endapan hasil pelapukan batu-batuan ini lama-kelamaan akan berubah menjadi batuan sedimen. Berdasarkan tenaga alam yang mengangkut dan tempat pengendapannya, batuan sedimen dapat dibedakan atas berikut.
a. Berdasarkan tenaga alam yang mengangkutnya:
(1) sedimen akuatis oleh air;
(2) sedimen marine oleh air laut;
(3) sedimen glasial oleh gletser (es);
(4) sedimen aeolis (aeris) oleh angin.
b. Berdasarkan tempat pengendapan:
(1) sedimen fluvial, di sungai;
(2) sedimen marine, di laut;
(3) sedimen limnis, di danau atau rawa;
(4) sedimen terestris, di darat;
(5) sedimen glasial, di daerah es.
Hasil proses sedimentasi di suatu tempat dengan tempat lain akan berbeda. Berikut ini adalah ciri bentang lahan akibat proses pengendapan berdasarkan tenaga pengangkutnya.
a) Pengendapan oleh Air
Batuan hasil pengendapan oleh air disebut sedimen akuatis. Bentang alam hasil pengendapan oleh air, antara lain, meander, dataran banjir, tanggul alam, dan delta.
(1) Meander
Meander merupakan sungai yang berkelok-kelok yang terbentuk karena adanya pengendapan. Proses berkelok-keloknya sungai dimulai dari sungai bagian hulu. Pada bagian hulu, volume air kecil dan tenaga yang terbentuk juga kecil. Akibatnya, sungai mulai menghindari penghalang dan mencari rute yang paling mudah dilewati. Sementara itu, pada bagian hulu belum terjadi pengendapan.
Pada bagian tengah, yang wilayahnya mulai datar aliran air mulai lambat dan membentuk meander. Proses meander terjadi pada tepi sungai, baik bagian dalam maupun tepi luar. Di bagian sungai yang alirannya cepat akan terjadi pengikisan, sedangkan bagian tepi sungai yang lamban alirannya akan terjadi pengendapan. Apabila hal itu berlangsung secara terus-menerus, akan membentuk meander. Meander biasanya terbentuk pada sungai bagian hilir, di mana pengikisan dan pengendapan terjadi secara berturut-turut. Proses pengendapan yang terjadi secara terus-menerus akan menyebabkan kelokan sungai terpotong dan terpisah dari aliran sungai, sehingga terbentuk oxbox lake.
(2) Delta
Pada saat aliran air mendekati muara, seperti danau atau laut, kecepatan alirannya menjadi lambat. Akibatnya, terjadi pengendapan sedimen oleh air sungai. Pasir akan diendapkan sedangkan tanah liat dan lumpur akan tetap terangkut oleh aliran air. Setelah sekian lama, akan terbentuk lapisan-lapisan sedimen. Akhirnya lapisan-lapisan sedimen membentuk dataran yang luas pada bagian sungai yang mendekati muaranya dan membentuk delta.
Pembentukan delta memenuhi beberapa syarat. Pertama, sedimen yang dibawa oleh sungai harus banyak ketika akan masuk laut atau danau. Kedua, arus panjang di sepanjang pantai tidak terlalu kuat. Ketiga, pantai harus dangkal. Contoh bentang alam ini adalah delta Sungai Musi, Kapuas, dan Kali Brantas.
(3) Dataran banjir dan tanggul alam
Apabila terjadi hujan lebat, volume air meningkat secara cepat. Akibatnya, terjadi banjir dan meluapnya air hingga ke tepi sungai. Pada saat air surut, bahan-bahan yang terbawa oleh air sungai akan terendapkan di tepi sungai. Akibatnya, terbentuk suatu dataran di tepi sungai. Timbulnya material yang tidak halus (kasar) terdapat pada tepi sungai. Akibatnya, tepi sungai lebih tinggi dibandingkan dataran banjir yang terbentuk. Bentang alam itu disebut tanggul alam.
b) Pengendapan oleh Air Laut
Batuan hasil pengendapan oleh air laut disebut sedimen marine. Pengendapan oleh air laut dikarenakan adanya gelombang. Bentang alam hasil pengendapan oleh air laut, antara lain, pesisir, spit, tombolo, dan penghalang pantai. Pesisir merupakan wilayah pengendapan di sepanjang pantai. Biasanya terdiri atas material pasir. Ukuran dan komposisi material di pantai sangat bervariasi tergantung pada perubahan kondisi cuaca, arah angin, dan arus laut.
Arus pantai mengangkut material yang ada di sepanjang pantai. Jika terjadi perubahan arah, arus pantai akan tetap mengangkut material-material ke laut yang dalam. Ketika material masuk ke laut yang dalam, terjadi pengendapan material. Setelah sekian lama, terdapat akumulasi material yang ada di atas permukaan laut. Akumulasi material itu disebut tepi.
Jika arus pantai terus berlanjut, spit akan semakin panjang. Kadangkadang spit terbentuk melewati teluk dan membentuk penghalang pantai(barrier beach). Apabila di sekitar spit terdapat pulau, biasanya spit akhirnya tersambung dengan dataran, sehingga membentuk tombolo.
c) Pengendapan oleh Angin
Sedimen hasil pengendapan oleh angin disebut sedimen aeolis. Bentang alam hasil pengendapan oleh angin dapat berupa gumuk pasir (sand dune). Gumuk pantai dapat terjadi di daerah pantai maupun gurun. Gumuk pasir terjadi jika terjadi akumulasi pasir yang cukup banyak dan tiupan angin yang kuat. Angin mengangkut dan mengendapkan pasir di suatu tempat secara bertahap sehingga terbentuk timbunan pasir yang disebut gumuk pasir.
d) Pengendapan oleh Gletser
Sedimen hasil pengendapan oleh gletser disebut sedimen glasial. Bentang alam hasil pengendapan oleh gletser adalah bentuk lembah yang semula berbentuk V menjadi U. Pada saat musim semi tiba, terjadi pengikisan oleh gletser yang meluncur menuruni lembah. Batuan atau tanah hasil pengikisan juga menuruni lereng dan mengendap di lembah. Akibatnya, lembah yang semula berbentuk V menjadi berbentuk U.
d. Degradasi Lahan dan Dampaknya terhadap Kehidupan
Lahan merupakan bentang darat mulai dari pantai sampai ke pedalaman. Luas lahan bumi diperkirakan 148.892.000 km2. Luas lahan tersebut tersebar merata di seluruh permukaan bumi dan tidak mengumpul menjadi satu. Belahan bumi utara mempunyai luas lahan yang lebih besar jika dibandingkan dengan luas lahan di belahan bumi bagian selatan. Jumlah bentang alam di permukaan bumi yang berupa lahan bervariasi, mulai dari lahan yang tandus dan tidak dapat ditanami sampai lahan yang sangat subur dan mudah dikelola manusia. Faktor-faktor yang menentukankualitas lahan, antara lain, ketinggian tempat, bentuk lahan, keadaan iklim, ada tidaknya vegetasi, dan ada tidaknya kandungan unsur-unsur mineral.
Lahan potensial adalah lahan-lahan yang memungkinkan untuk dikelola manusia karena sejauh ini manusia hanya memanfaatkan bentang alam berupa lahan yang memungkinkan untuk hidup sesuai dengan taraf kebudayaannya. Dapat dikatakan bahwa lahan potensial merupakan lahan yang produktif sehingga jika dikelola oleh manusia, dengan pengelolaan tersebut, diharapkan lahan tersebut akan dapat memberikan hasil yang tinggi dan biaya pengelolaan yang rendah.
Lahan potensial terdiri dari lahan kering dan lahan basah.
Menurut Davis, 1996, secara garis besar terdapat lima sistem klasifikasi lahan basah, yaitu:
1) kawasan sungai, meliputi lahan basah yang terdapat di sepanjang sungai;
2) kawasan laut, yang meliputi kelompok basah, pesisir yang asin, termasuk pantai berbatu, terumbu karang, dan padang lumut;
3) kawasan danau, meliputi semua lahan basah yang berhubungan dengan danau dan biasanya berair tawar;
4) kawasan muara, yang meliputi sungai, delta, rawa pasang surut yang berair payau, dan hutan bakau;
5) kawasan rawa, yang meliputi tempat-tempat yang bersifat ”merawa” (berair, tergenang, lembap), misalnya, hutan rawa air tawar, hutan rawa gambut, dan rawa rumput.
Selain itu, termasuk pula dalam klasifikasi itu adalah klasifikasi lahan basah buatan seperti tambak ikan atau udang, sawah, reservoir, kanal, bendungan, kolam ikan, dan danau garam. Lahan kering meliputi seluruh daratan di permukaan bumi yang kering dan tidak tertutup air. Sejauh ini pemanfaatan lahan potensial belum dilakukan secara optimal oleh manusia. Keadaan ini terjadi karena beberapa kendala, sebagai contoh tingginya suhu di padang pasir, letak daerah yang sangat tinggi, terjalnya lereng, ataupun adanya daerah yang tertutup salju.
Meski belum optimal, upaya pelestarian dan peningkatan manfaat lahanlahan potensial tetap dilaksanakan, antara lain, dengan cara sebagai berikut:
1) adanya keserasian dan keseimbangan fungsi dan intensitas penggunaan lahan pada wilayah tertentu;
2) perencanaan yang matang tentang penggunaan lahan kota agar jangan sampai menimbulkan dampak pencemaran;
3) adanya perencanaan penggunaan lahan;
4) pengoptimalan penggunaan lahan bagi kepentingan manusia;
5) diadakan pengkajian terhadap kebijakan tata ruang, perizinan, dan pajak dalam kaitannya dengan konversi penggunaan lahan;
6) perlu diperhatikan teknologi pengolahan tanah, penghijauan, reboisasi, dan pembuatan sengkedan, khususnya di daerah-daerah perbukitan;
7) adanya pemisahan penggunaan lahan untuk permukiman, industri, pertanian, perkantoran, dan usaha-usaha lainnya;
dibuatnya peraturan perundang-undangan yang meliputi pengalihan hak atas tanah untuk kepentingan umum dan peraturan perpajakan;
9) adanya usaha permukiman penduduk dan pengendalian peladang berpindah;
10) adanya pengelolaan yang baik pada daerah-daerah aliran sungai, daerah pesisir, dan daerah sekitar lautan.
e. Degradasi Lahan dan Terjadinya Tanah Kritis dan Tandus
Berbagai variasi bentuk muka bumi adalah adanya dataran tinggi, dataran rendah, daerah sedang, daerah yang subur, daerah yang tandus, daerah yang mengandung mineral, daerah yang tidak mengandung mineral, dan sebagainya.
Terdapatnya bentuk dan letak muka bumi yang bervariasi tersebut menimbulkan berbagai pengaruh, di antaranya:
1) sebagai penentu ada tidaknya mineral yang terkandung dalam batuan;
2) perbedaan suhu yang berpengaruh terhadap jenis tanaman;
3) tingkat kepadatan penduduk, sebagai contoh kepadatan penduduk akan lebih terpusat pada daerah-daerah yang mempunyai kesuburan tinggi atau daerah-daerah yang kaya barang tambang jika dibandingkan dengan daerah yang tandus;
4) daerah yang subur, cukup hujan, mempunyai jenis vegetasi dan fauna yang beragam. Di daerah-daerah tertentu seperti daerah Pulau Timor, pulau-pulau karang di Maluku, Jawa (Pegunungan Seribu, Pegunungan Kendeng) jenis tanahnya kapur sehingga memiliki sifat kurang subur dan kurang dapat menyimpan air;
5) di daerah-daerah tertentu yang tanahnya mengandung endapan vulkanik, bersifat sangat subur seperti Pulau Sumatra, Jawa, Bali, Lombok, Sumbawa, Flores, Sulawesi Utara, Sulawesi Selatan, dan Kepulauan Maluku;
6) adanya pertimbangan tentang keadaan topografi sebelum melakukan pembangunan bangunan-bangunan seperti jembatan, gedung, dan jalan-jalan raya;
7) di daerah-daerah tertentu seperti di Pulau Kalimantan tanahnya hanya sedikit mengandung mineral yang sebagian besar hanyut terkikis dan tercuci terus-menerus oleh hujan sehingga mengakibatkan tanahnya tidak subur.
Harus diperhatikan bahwa tanah yang subur dapat saja menjadi tanah yang tidak subur, tandus, dan kritis. Hal ini disebabkan oleh salahnya pengolahan tanah, seperti tidak diolah dan tidak dipupuk sehingga tanah mengalami degradasi. Keadaan ini akan memunculkan apa yang disebut lahan kritis, yaitu tanah rusak, tandus, dan tidak ada vegetasi yang tumbuh di atasnya yang lama-kelamaan akan menjadi padang pasir atau bukit padas dan batu. Tingkat kesuburan di lahan kritis ini mendekati nol sehingga tidak dapat ditanami sama sekali. Lahan kritis dapat terjadi karena beberapa hal, yaitu:
1) bencana alam, seperti letusan gunung api, gempa bumi, banjir, dan tanah longsor;
2) perbuatan manusia, seperti penggundulan hutan, pembuangan limbah industri, pembuangan sampah plastik sembarangan, penggalian barang tambang tanpa pengawasan, kebakaran hutan, dan peladangan berpindah- pindah.
2. Dinamika Perubahan Pedosfer dan Dampaknya terhadap Kehidupan di Muka Bumi
Tanah merupakan permukaan bumi yang dapat dipergunakan untuk berbagai macam keperluan, antara lain, tempat mendirikan perumahan, pertanian dan perkebunan, dan bahan pembuat berbagai macam bahan bangunan. Dapatkah kalian bayangkan bagaimana jika bumi tidak memiliki tanah? Di mana manusia dan hewan akan berpijak? Di mana tanaman akan tumbuh? Tidak dapat dibayangkan apa yang akan terjadi jika tidak ada tanah di muka bumi ini.
Tanah berbeda dengan lahan. Tanah adalah material, sedangkan lahan adalah lokasi tanah di muka bumi yang digunakan untuk aktivitas tertentu, contohnya lahan pertanian, lahan perumahan, lahan perkebunan, dan lahan perikanan. Tahukah kalian bagaimana proses pembentukan tanah itu? Apakah erosi tanah itu? Apakah penyebab erosi tanah dan apa pula dampaknya terhadap kehidupan? Bagaimana usaha yang harus kita lakukan untuk mengurangi terjadinya erosi tanah?
a. Ciri dan Proses Pembentukan Tanah di Indonesia
Tanah adalah material yang berasal dari hasil pelapukan batuan dan sisa-sisa bahan organik. Pelapukan tersebut mengakibatkan batuan yang sangat keras dan dapat berubah menjadi bahan yang lebih lunak atau butiran-butiran yang lebih halus yang disebut dengan regolit. Lapisan atas regolit inilah yang berubah menjadi tanah. Faktor-faktor yang menyebabkan terjadinya pelapukan batuan sebagai berikut.
1) Iklim, perubahan suhu panas pada waktu siang hari (penyinaran cahaya matahari) dan dingin pada malam hari serta curah hujan tinggi mempercepat keretakan atau kerapuhan batuan yang disebabkan percepatan intensitas reaksi kimia.
2) Aktivitas organisme yang hidup di dalam tanah yang mengeluarkan zat tertentu yang dapat menghancurkan batu-batuan.
3) Sifat-sifat bahan induk yang membentuknya.
4) Topografi, keadaan topografi berpengaruh terhadap jumlah air hujan yang dapat diserap oleh tanah, kedalaman air tanah, gerakan air, danerosi tanah.
5) Perakaran tumbuh-tumbuhan yang dapat masuk ke dalam retakanretakan batuan sehingga mempercepat hancurnya batuan, contohnya lumut kerak.
6) Adanya tekanan sisa-sisa zat organik ke permukaan bumi sehingga terjadi pemadatan yang mempercepat hancurnya batuan.
7) Lama waktu terjadinya pelapukan.
Sifat-Sifat Tanah yang Dapat Diamati di Lapangan
Sifat-sifat fisik tanah yang dapat diamati di lapangan, antara lain, sebagai berikut.
a) Warna tanah, merupakan petunjuk sifat fisik tanah. Perbedaan warna tanah disebabkan oleh perbedaan kandungan bahan organiknya. Semakin tinggi kandungan bahan organik, warna yang terjadi semakin tua atau gelap. Pada lapisan atas kandungan bahan organiknya lebih tinggi daripada tanah pada lapisan bawah, sehingga semakin ke atas warnanya semakin tua. Selain itu, kandungan Fe juga berpengaruh pada warna tanah. Tanah yang mengandung Fe++ (keadaan reduksi) akan berwarna abu-abu, contohnya tanah yang tergenang air. Tanah yang mengandung Fe+++ (keadaan oksidasi) akan berwarna merahkecokelatan, contohnya tanah berdrainase baik. Untuk menentukan jenis tanah berdasarkan warnanya, dapat dilihat Klasifikasi Munsel Soil Colour Chart.
b) Batas horizon, merupakan batas antara horizon yang satu dengan yang lainnya. Batas horizon ini dibedakan menjadi batasan yang nyata dengan lebar peralihan 6,5–125 cm dan batasan yang baru dengan lebar peralihan > 12,5 cm.
c) Tekstur tanah, merupakan ukuran butiran tanah yang dapat menunjukkan kasar halusnya tanah. Tekstur tanah terdiri dari bahan kasar dan bahan halus (pasir, debu, dan liat). Bahan kasar adalah bahan yang berukuran > 2 mm.
d) Struktur tanah, adalah ikatan antarbutiran-butiran pasir, debu dan liat oleh bahan organik atau oksida besi yang membentuk gumpalan. Struktur tanah menurut bentuknya dibedakan menjadi bentuk lempung, prisma, tiang, gumpal, granular, dan remah.
e) Drainase tanah, adalah kemampuan tanah untuk menyerap air yang berada di atas permukaannya. Tanah berdrainase baik berwarna merah kecokelatan, sedangkan tanah berdrainase buruk biasanya berwarna keabu-abuan karena sering tergenang air dan terjadi reduksi Fe, sehingga kurang baik untuk ditanami karena keadaan tanah yang lembap dapat memicu tumbuhnya jamur dan bakteri.
f) Konsistensi, sangat berpengaruh terhadap teknis pengolahan tanah. Pada kondisi agak basah dapat dibedakan menjadi tanah gembur (mudah diolah, tidak lengket, dan gumpalan mudah dihancurkan) dan tanah teguh (sulit diolah, lengket, dan gumpalan sulit dihancurkan). Dalam keadaan kering dapat dibedakan menjadi tanah lunak dan tanah keras.
Jenis tanah berdasarkan bahan induk pembentuk tanah dapat dibedakan menjadi berikut.
a) Tanah oganosol, merupakan tanah yang terbentuk dari bahan induk organik (tanah gambut) dan hutan rawa dengan iklim basah pada curah hujan 2.500 mm/tahun. Tanah organosol banyak mengandung unsur hara dan biasanya terdapat di daerah pasang surut seperti Jawa, pantai barat Sumatra, pantai timur Kalimantan, dan pantai barat Papua.
b) Tanah podzolik merah kuning, merupakan perkembangan dari tanah mineral yang berasal dari batuan pasir kuarsa, tuff vulkanis bersifat asam dan tersebar di daerah beriklim basah tanpa bulan kering dengan curah hujan 2.500 mm/tahun. Tanah podzolik ini banyak terdapat di Nusa Tenggara Barat.
c) Tanah aluvial, merupakan tanah yang terbentuk dari endapan lumpur yang terbawa oleh air sungai. Tanah ini banyak mengandung unsur hara yang dibutuhkan oleh tumbuhan sehingga sangat subur. Tanah aluvial banyak terdapat di Sumatra bagian timur, Kalimantan bagian tengah dan timur, Jawa bagian utara, dan Papua bagian selatan.
d) Tanah vulkanis, merupakan tanah yang terbentuk dari pelapukan batuan vulkanis, lava yang telah membeku (effusif) atau dari abu letusan gunung berapi yang telah membeku (efflata). Tanah ini sangat subur untuk pertanian karena merupakan tanah tuff yang berasal dari abu letusan gunung berapi, misalnya, di Lampung, Palembang, dan Sumatra Barat. Tanah vulkanis terdapat di Jawa, Sumatra, Bali, dan wilayah-wilayah yang ada gunung apinya.
e) Tanah humus, biasa disebut dengan bunga tanah, tanah ini berasal dari pembusukan tumbuh-tumbuhan yang jatuh di atasnya. Tanah ini banyak mengandung humus yang sangat subur untuk tanaman.
f) Tanah pasir, merupakan tanah yang berasal dari pelapukan batuan pasir. Tanah ini hanya mengandung sedikit bahan organik sehingga kurang baik untuk pertanian, dan banyak terdapat di daerah pantai barat Sumatra Barat, Sulawesi, dan Jawa Barat.
g) Tanah laterit atau tanah merah, merupakan tanah yang kaya zat besi dan aluminium. Tanah ini bukan merupakan tanah yang subur karena usianya sudah tua.
b. Penyebab Erosi Tanah dan Dampaknya terhadap Kehidupan
Tanah terbentuk dari akumulasi tubuh-tubuh alam yang bebas dan menduduki sebagian besar lapisan atas permukaan bumi. Tanah memiliki sifat-sifat yang dipengaruhi oleh iklim, jasad-jasad hidup, dan bahan induk dalam keadaan tertentu dan jangka waktu tertentu yang berperan dalam menumbuhkan tanaman.
1) Fungsi Tanah bagi Kehidupan Manusia
Tanah sangat berperan bagi kehidupan manusia. Tanah dapat dimanfaatkan oleh manusia karena dapat berperan sebagai:
(1) tempat tumbuh tanaman;
(2) tempat tinggal dan tempat manusia melakukan kegiatan atau aktivitas;
(3) tempat berkembangnya hewan;
(4) mengandung barang tambang atau bahan galian.
2) Erosi Merusak Kesuburan Tanah
Erosi tanah menyebabkan kerusakan lapisan tanah atas yang subur dan lingkungan alam di sekitarnya menjadi rusak. Beberapa hal yang menyebabkan terjadinya erosi tanah adalah:
(1) gundulnya hutan-hutan;
(2) tidak ada vegetasi penutup tanah;
(3) tidak dibuatnya terasering pada tanah-tanah yang mempunyai kemiringan tinggi sehingga tanah mudah terbawa;
(4) tidak dibuatnya tanggul-tanggul pasangan sebagai penahan erosi;
(5) penebangan hutan secara liar tanpa disertai reboisasi;
(6) tidak adanya larangan penggembalaan liar di permukaan tanah yang berlumpur sehingga tanah atas semakin rusak.
Tumbuhan dapat tumbuh subur di lapisan tanah bagian atas karena dalam lapisan tersebut mengandung berbagai unsur atau komponen yang diperlukan untuk tumbuh tanaman seperti, mineral, bahan organik, air, dan udara, masing-masing mempunyai perbandingan mineral 45%, bahan organik 5%, air antara 20%–30%, dan udara tanah antara 20%–30%. Perbedaan kemampuan tanah dipengaruhi oleh beberapa hal seperti:
(1) tekstur tanah;
(2) ketebalan solum tanah;
(3) permeabilitas tanah;
(4) tingkat erosi;
(5) kemiringan lereng;
(6) penyaluran air.
Tekstur tanah merupakan perbandingan relatif berbagai fraksi-fraksi tanah yaitu fraksi pasir, fraksi debu, dan fraksi lempung yang merupakan golongan terbesar dari massa tanah. Pasir, debu, dan lempung disebut sebagai partikel zarah tanah. Butir-butir tanah atau batuan yang
berdiameter di atas 2 mm disebut gravel dan tidak termasuk fraksi tanah. Unsur tanah yang terdiri dari butiran pasir mempunyai tekstur yang kasar, sedangkan unsur tanah yang hanya terdiri dari lempung mempunyai tekstur yang halus. Tekstur tanah yang paling cocok untuk pertanian adalah tanah yang lekat atau biasa disebut geluh, sedangkan untuk pembuatan kerajinan keramik banyak dibutuhkan fraksi tanah lempung.
c. Berbagai Usaha untuk Mengurangi Terjadinya Erosi Tanah
1) Tekstur dan Kesuburan Tanah
Tanah yang tidak mengalami erosi mempunyai lapisan tanah yang subur sehingga banyak ditumbuhi tumbuh-tumbuhan. Pada tanah yang tidak tererosi lapisan bunga tanahnya akan mampu menambah kesuburannya. Lain halnya dengan tanah yang mengalami erosi, tanah ini akan tandus, tidak mengandung bunga tanah dan tidak banyak tumbuhan yang dapat hidup di sini. Demikian juga jika penebangan hutan dilakukan tanpa adanya reboisasi, terutama pada daerah-daerah yang mempunyai kemiringan yang tinggi dan kemungkinan terjadinya erosi tanah atau angin sangat tinggi.
Selain yang telah disebutkan di atas, tingkat kesuburan tanah dapat diketahui dari tekstur dan struktur tanahnya, baik yang butir tanahnya sedang, mengandung garam pertumbuhan dalam persentase yang tinggi, maupun banyak mengandung air sebagai pelarutnya. Ukuran partikel tanah ditentukan oleh tekstur tanahnya. Kelompok lempung mempunyai rentang ukuran partikel tanah yang terbesar dengan diameter partikel 0,0002 mm hingga hampir sebesar molekul. Struktur tanah adalah susunan butir-butir suatu tanah dengan komposisi 90% bahan mineral, 1–5% bahan organik, dan 0,9% udara dan air.
Beberapa faktor yang berpengaruh terhadap tekstur tanah adalah komposisi mineral dan batuan atau bahan induk, sifat, dan cepatnya proses pembentukan tanah lokal serta umur relatif tanah. Tekstur tanah dapat menentukan beberapa hal pengerjaan tanah, pengerjaan tanah berpasir di daerah beriklim kering, dan pengerjaan tanah lempung. Misalnya, pengerjaan tanah lempung lebih sulit jika dibandingkan dengan tanah pasir. Hal ini disebabkan tanah lempung bersifat plastis dan sukar untuk diolah jika basah, serta keras jika kering. Namun, di daerah iklim tropis basah tanah lempung memiliki permeabilitas walaupun rendah.
Permeabilitas tanah adalah cepat atau lambatnya air meresap ke dalam tanah melalui pori-pori tanah baik ke arah horizontal maupun ke arah vertikal. Tekstur tanah sangat berpengaruh pada kecepatan perembesan air. Semakin halus tekstur tanah semakin lambat perembesan airnya.
Ketebalan atau solum tanah menunjukkan tebal tanah jika diukur dari permukaan sampai ke batuan induk. Drainase adalah pengaturan dan pengaliran air yang berada dalam tanah atau permukaan tanah yang menggenang.
Di daerah yang mempunyai solum tanah dalam, drainase yang baik, tekstur halus, dan kemiringan lereng 1–2% dapat diusahakan secara intensif tanpa bahaya erosi atau penurunan produktivitas. Kemampuan daerahbersolum tanah dangkal, drainase buruk, tekstur tanah sangat halus atau sangat kasar, dan berlereng curam adalah terbatas, dan jika lahan itu digunakan banyak hambatannya.
Berdasarkan kesuburannya, tanah dapat dibagi menjadi tanah muda, dewasa, tua, dan sangat tua.
a) Tanah muda, tanah ini belum subur karena unsur hara atau zat makanan yang terkandung masih sedikit.
b) Tanah dewasa, merupakan tanah yang sangat subur dan paling cocok untuk pertanian karena tanah ini banyak mengandung unsur hara atau zat makanan.
c) Tanah tua, kesuburan tanahnya sudah mulai berkurang karena unsur atau zat hara makanan yang terkandung di dalamnya juga sudah mulaiberkurang.
d) Tanah sangat tua, tanah ini merupakan tanah yang tidak subur, juga disebut tanah mati karena unsur hara atau zat makanan yang terkandung di dalamnya sudah sangat sedikit, bahkan hampir habis.
Unsur K, P, N, C, H, O, Na, Ca, S, Mg, Fe, Zn, B, Cu, dan Mn sangat diperlukan oleh tanah. Seperti halnya manusia yang sangat memerlukan bahan makanan untuk tumbuh dan berkembang, unsur-unsur tersebut diperlukan oleh tanah untuk berubah dan berkembang menjadi tanah yang subur. Dengan kata lain, unsur-unsur itulah yang merupakan bahan makanan bagi tanah. Jika ada salah satu unsur yang tidak terpenuhi,tanaman yang tumbuh di atasnya pun akan tumbuh kurang sempurna.Unsur-unsur di atas dapat diperoleh dari mana saja, baik dari dalam tanah,udara, maupun air. Namun, jika salah satu unsur itu tidak dapat diperoleh secara bebas di alam, tanaman dapat disuplai dengan pupuk dan unsur mineral pupuk organik dan anorganik. Pupuk organik adalah pupuk yang berasal dari sisa-sisa tumbuhan, hewan, dan manusia yang telah membusuk.
Contoh pupuk organik adalah pupuk hijau, pupuk kandang, dan pupuk kompos. Pupuk organik memberikan banyak keuntungan, karena membantu penyerapan air hujan, memperbaiki daya mengikat air, mengurangi erosi, dan mempercepat pertumbuhan. Pupuk anorganik disebut juga dengan pupuk buatan merupakan pupuk yang dibuat dalam pabrik. Pupuk fosfat (P), pupuk kalium (K), dan pupuk nitrogen (N) biasa dikenal sebagai pupuk urea, amonium sulfat, dan amonium klorida merupakan beberapa contoh pupuk anorganik tunggal, sedangkan pupuk NP, NK, PK, dan NPK merupakan contoh dari pupuk anorganik majemuk. Petani mempunyai kecenderungan menggunakan pupuk anorganik dalam pertaniannya karena mereka berpendapat bahwa pupuk pabrik lebih praktis pemakaiannya, ringan, mudah larut, dan cepat bereaksi.
Beberapa hal yang harus diperhatikan sebelum menggunakan pupuk anorganik adalah potensi tanah, jenis pupuk, dosis pemupukan, waktu, dan pemberian pupuk. Dengan memerhatikan hal-hal tersebut produksi pertanian yang diusahakan dapat memperoleh hasil yang optimal.
2) Menjaga Kesuburan Tanah dan Usaha Mengurangi Erosi Tanah
Kesuburan tanah dapat dijaga dan dipertahankan dengan cara:
a) pemupukan, diusahakan dengan pupuk hijau, pupuk kandang, pupuk buatan, dan pupuk kompos;
b) pembuatan bendungan untuk melancarkan sistem irigasi;
c) pembuatan hutan cadangan pada lereng-lereng gunung;
d) reboisasi atau penghijauan di lereng-lereng gunung yang gundul;
e) pembuatan lahan bertingkat untuk pertanian di daerah miring.
Kemiringan suatu lahan terhadap bidang horizontal sering disebut dengan kemiringan lereng. Jika sudut kemiringan lahannya semakin besar, risiko terjadi erosi dan longsor akan semakin besar pula. Ada beberapa langkah untuk menjaga kelestarian lahan pertanian daerah miring, menghindari erosi tanah dan longsor, yaitu dengan caramembuat terasering; menanami lahan menurut garis kontur agar perakaran dapat menahan tanah (contour farming); pembuatan tanggul pasangan (sengkedan); menanam menurut garis kontur horizontal tanah (contour plowing); bertani dengan cara membagi bidang-bidang tanah itu dalam bentuk sempit dan memanjang mengikuti garis kontur sehingga berbelok-belok bentuknya (contour sinp cropping); pergantian jenis tanaman ketersediaan unsur hara tanah terjaga dan tidak kehabisan salah satu unsur hara akibat penanaman satu jenis tanaman secara terusmenerus (crop rotation); dan melakukan penanaman hutan kembali (reboisasi) pada hutanhutan gundul.
3) Lahan Kritis dan Lahan Potensial
a) Lahan Potensial
Lahan potensial merupakan lahan subur yang sebenarnya dapat dimanfaatkan, tetapi belum dimanfaatkan atau belum diolah, padahal jika diolah akan memberikan nilai ekonomi yang tinggi. Selain itu, juga mempunyai daya dukung terhadap kebutuhan manusia. Dari keadaan tersebut dapat diartikan bahwa lahan potensial merupakan aset yang dapat digunakan sebagai modal untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat. Untuk itu, harus ditangani dan dikelola secara bijaksana.
Di luar Pulau Jawa masih banyak lahan produktif dan potensial yang belum tergarap, daerah ini sering disebut sebagai lahan tidur. Kebutuhan pangan yang semakin meningkat, memaksa manusia untuk mencari lahan-lahan pertanian baru, tempat mereka mengubah hutan menjadi ladang pertanian, dan tuntutan kebutuhan perumahan memaksa mereka untuk mengubah lahan pertanian tersebut menjadi areal permukiman penduduk. Namun, jika program untuk meningkatkan produksi pangan dan perluasan permukiman dalam skala besar-besaran tidak diatur secara tegas dapat menyebabkan meningkatnya erosi, berkurangnya kesuburan dan produktivitas lahan, dan hilangnya habitat. Berbagai upaya telah dilakukan pemerintah dengan menetapkan kawasan cagar alam dan taman nasional, tetapi tetap saja sejumlah besar lahan dirusak oleh para penebang liar.
Lahan potensial tersebar di tiga wilayah utama daratan, yaitu di daerah pantai, dataran rendah, dan dataran tinggi. Lahan-lahan di wilayah pantai didominasi oleh tanah aluvial (tanah hasil pengendapan). Wilayah dataranrendah dihitung mulai dari dataran pantai sampai ketinggian 300 m dpl. Pada curah hujan yang sesuai dengan kawasan ini merupakan daerah suburseperti pada dataran aluvial. Wilayah dataran tinggi dihitung mulai dari ketinggian 500 m dpl sampai ke atas merupakan wilayah yang berkontur, berbukit-bukit sampai daerah pegunungan. Bagi daerah-daerah tanah tinggi yang dipengaruhi oleh gunung api, kondisi lahannya didominasi oleh tanah vulkanik yang subur yang kandungan mineral haranya cukup tinggi. Meskipun daerahnya subur, daerah pegunungan merupakan daerah yang berisiko tinggi untuk terjadinya erosi tanah dan tanah longsor. Pengaruh erosi, di daerah-daerah yang memiliki curah hujan tinggi keadaan tanahnya biasanya berwarna merah kecokelatan (pucat), karena unsur-unsur hara dan humusnya banyak tercuci dan terhanyutkan oleh air hujan. Jenis tanah ini kurang subur. Contoh tanah yang sudah banyak mengalami pencucian di antaranya tanah latosol dan tanah podzolik serta tanah laterit.
Usaha pelestarian dan peningkatan kegunaan lahan-lahan potensial, antara lain, dilakukan dengan cara membuat perencanaan penggunaan lahan; menciptakan keserasian dan keseimbangan fungsi lahan; mengintensifkan penggunaan lahan dalam waktu tertentu; pembuatan perencanaan pembangunan tata lahan untuk menghindari pencemaran; penggunaan lahan seoptimal mungkin untuk kepentingan rakyat; adanya pemisahan penggunaan lahan untuk permukiman, industri, perkantoran, maupun pertanian; pembuatan peraturan atau UU pengalihan hak atas tanah untuk kepentingan umum dan; peraturan perpajakan. Adanya kajian yang berhubungan dengan kebijakan tata ruang, perizinan atau pajak untuk memberikan tambahan wawasan bagi masyarakat tentang konservasi lahan, adanya perhatian terhadap teknologi pengolahan tanah, penghijauan (reboisasi), dan pembuatan sengkedan terutama di daerah-daerah pegunungan, penanaman lahan di permukiman penduduk agar mempunyai ladang yang tetap dan tidak berpindah-pindah, pengelolaan daerah DAS di sepanjang aliran sungai.
b. Lahan Kritis
Lahan kritis sering disebut dengan lahan yang tidak produktif karena meski sudah dikelola tetap saja produktivitas lahannya rendah. Jika ditanami pun hasilnya akan lebih kecil daripada modal yang dikeluarkan. Keadaan tersebut membuat petani enggan mengusahakan tanah-tanah di lahan kritis tersebut. Biasanya lahan kritis ini merupakan lahan tandus, gundul, dan tidak dapat digunakan untuk usaha pertanian karena tingkat kesuburannya sangat rendah.
Lahan kritis dapat terbentuk karena beberapa faktor, antara lain, adanya kekeringan, genangan air secara terusmenerus seperti di daerah pantai dan rawa, terjadinya erosi tanah dan masswasting di daerah dataran tinggi, pegunungan, dan daerah yang miring, adanya kesalahan
dalam pengelolaan lahan yang kurang memerhatikan aspekaspek kelestarian lingkungan, masuknya material yang dapat bertahan lama ke lahan pertanian yang tak dapat diuraikan oleh bakteri seperti plastik yang dapat bertahan selama ± 200 tahun di dalam tanah, adanya pembekuan air di daerah kutub atau pegunungan tinggi, serta adanya pencemaran zat seperti pestisida dan limbah pabrik yang masuk ke lahan pertanian.
Perbaikan terhadap lahan kritis perlu dilakukan karena jika lahan kritis dibiarkan dan tidak ada perlakuan perbaikan, secara langsung atau tidak dapat mengganggu kehidupan manusia. Oleh karena itu, perlu adanya usaha-usaha perbaikan lahan kritis. Untuk menghindari bahaya yang ditimbulkan oleh adanya lahan kritis tersebut, pemerintah Indonesia telah mengambil kebijakan, yaitu melakukan rehabilitasi dan konservasi lahanlahan kritis di Indonesia.
Usaha-usaha yang dilakukan untuk mencegah dan mengatasi lahan kritis adalah:
(1) pemanfaatan lahan seoptimal mungkin, baik untuk pertanian, perkebunan, peternakan, maupun usaha lainnya;
(2) melakukan penghijauan atau reboisasi;
(3) pembuatan terrasering pada lereng bukit untuk mencegah terjadinya erosi tanah;
(4) program kali bersih (prokasih);
(5) reklamasi lahan bekas pertambangan;
(6) pengelolaan wilayah terpadu di wilayah perairan dan daerah aliran sungai (DAS);
(7) mempertahankan keanekaragaman hayati dan pola pergiliran tanaman;
(8) ditetapkannya sanksi yang tegas bagi siapa saja yang merusak lahan, yang mengarah pada terjadinya lahan kritis;
(9) sedapat mungkin digunakan pupuk organik secara tepat dan terusmenerus. Pupuk organik tersebut, antara lain, pupuk kandang atau kompos;
(10) memanfaatkan tumbuhan eceng gondok guna menurunkan zat pencemar yang ada pada lahan pertanian; meski dapat digunakan untuk menyerap zat pencemar dan dapat dimanfaatkan untuk makanan ikan, tetapi tetap harus diperhatikan karena eceng gondok sangat mudah berkembang, sehingga dapat menutup permukaan air dan dapat mengganggu lahan pertanian;
(11) penggemburan tanah sawah dilakukan dengan tumbuhan azola.
Sumber :
Sulistiyanto, Iwan Gatot, 2009, Geografi 1 : untuk Sekolah Menengah Atas/ Madrasah Aliyah Kelas X, Jakarta : Pusat perbukuan Departemen Pendidikan Nasional, h. 63 – 100.